Rabu, 10 Oktober 2012

Ingin masuk Surga...? Jangan berangan2 saja... !!! Dan Upah dakwah?

Jika ingin mendapatkan RidloNya ataupun SurgaNya ...
Jangan hanya ber-angan² tanpa usaha ...
Tidak cukup jika hanya dengan Iman kepada Allah saja, namun harus dng usaha yang nyata ...
Yaitu usaha yg sungguh² dng amalan² yg baik, sesuai dengan ketentuan agama ...
Dengan mengerjakan amalan² yg diridloiNya ...
Amalan yang berkesinambungan, dan istiqomah ...
Sebaik² amalan, adalah yang sesuai dng Al Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya ...

Bukan amalan yg terputus-putus, ataupun bukan amalan yg dikerjakan sekali dan sekali saja ...
Sekali dikerjakan, dng kuantitas yg banyak, namun hari berikutnya tidak dikerjakan sama sekali ...
Jika merasa mood, maka beribadah, namun jika tidak merasa enak, atau ketika mendapatkan cobaan, malah tidak mau beribadah, ini menandakan ketidak-ikhlasan seseorang ...


Segala perbuatan yang disandarkan hanya kepada Allah dengan berdasarkan Al Quran dan Sunnah NabiNya, itulah Keikhlasan. Dan penerapan dari keikhlasan adalah melakukan amalan yang berkesinambungan, dan istiqomah ...
Ingatlah, keikhlasan itu hanya didapatkan jika kita telah melakukan amalan yang berkesinambungan, dan istiqomah ... !!!

    Baca Juga: Tujuh Hamba Allah yg akan dilindungi Allah

Bab: Beriman Terlebih Dahulu Kemudian Beramal
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin 'Abdur Rohim telah bercerita kepada kami Syababah bin Sawwar Al Fazariy telah bercerita kepada kami Isra'il dari Abu Ishaq berkata aku mendengar Al Bara' radliallahu 'anhu berkata; Ada seorang laki-laki bertopeng besi datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata: "Apakah aku berperang atau masuk Islam lebih dulu?" Maka Beliau bersabda: "Kamu masuk Islam dulu kemudian berperang". Maka laki-laki itu masuk Islam lalu berperang hingga terbunuh. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang ini amalnya sedikit namun diberi pahala yang banyak".
(No. Hadist: 2597 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Bab: Bahagianya Menjadi Umat Terakhir yang Beriman Kepada Allah dan NabiNya yang Terakhir (Nabi Muhammad SAW)
Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abi Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari 'Abdullah bin Dinar, maula 'Abdullah bin 'Umar dari 'Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya perumpamaan kalian dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nashrani seperti seseorang yang mempekerjakan para pekerja yang dia berkata; "Siapa yang mau bekerja untukku hingga pertengahan siang dengan upah satu qirath, maka orang-orang Yahudi melaksanakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Lalu orang-orang Nashrani mengerjakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Kemudian kalian (umat Muhammad SAW yg beriman) mengerjakan mulai dari shalat 'Ashar hingga terbenamnya matahari dengan upah dua qirath per dua qirath. Maka orang-orang Yahudi dan Nashrani marah seraya berkata: "Kami yang lebih banyak amal namun lebih sedikit upah!" Lalu orang itu berkata; "Apakah ada yang aku zhalimi dari hak kalian?" Mereka menjawab; "Tidak ada". Orang itu berkata; "Itulah karunia dari-Ku yang Aku memberikannya kepada siapa yang Aku kehendaki".
(No. Hadist: 2108 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Bab: Ayo Berusaha Meraih Surga, Jangan Hanya Berangan2!!!
Telah menceritakan kepada kami Al Hakam bin Nafi' berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri berkata, telah menceritakan kepadaku 'Amir bin Sa'd dari Sa'd bin Abu Waqash bahwasanya dia mengabarkan, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya, tidaklah kamu menafkahkan suatu nafkah yang dimaksudkan mengharap wajah Allah kecuali kamu akan diberi pahala termasuk sesuatu yang kamu suapkan ke mulut istrimu".
(No. Hadist: 54 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Renungkanlah Ayat dibawah ini:

QS 4.An Nisaa':122-124

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلأَْنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَداً وَعْدَ ٱللَّهِ حَقّاً وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلاً
لَّيْسَ بِأَمَـٰنِيِّكُمْ وَلاۤ أَمَانِىِّ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ مَن يَعْمَلْ سُوۤءًا يُجْزَ بِهِ وَلاَ يَجِدْ لَهُ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيّاً وَلاَ نَصِيراً
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتَ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُوْلَـٰئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلاَ يُظْلَمُونَ نَقِيراً

"Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?"

"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong ['mu' di sini ada yang mengartikan dengan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan kaum musyrikin. Maksudnya ialah pahala di akhirat bukanlah menuruti angan-angan dan cita-cita mereka, tetapi sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama] dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah."

"Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun."
--------------------

Pertanyaan:
Dari Ustadz Yusuf van Casper:
Bagaimanakah agar bisa menjalani istiqomah ya?

Jawab:
Dengan niat dan komitmen yg kuat! dan juga dengan do'a ...
Sebaiknya kita berdo'a kepada Allah dng segala kerendahan hati, supaya diberikan ketetapan hati untuk selalu istiqomah dijalan Nya yakni dengan mendapatkan RahmatNya ...
Tapi harus pula disertai keikhlasan, usaha dan niat yg kuat dan sungguh2, supaya tetap bisa istiqomah.
Wa Allahu 'Alam ...

Coba diamalkan do'a berikut ini: http://tausyiahaditya.blogspot.com/2012/07/memohon-ketatapan-hati-supaya-selalu.html
--------------------

Bab: Bolehnya Menerima Bayaran dari Pekerjaan Sosial, Selain dari Mengajarkan Al Quran (Berdakwah)

Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku As Sa'ib bin Yazid bin Ukhti Namir, bahwa Khuwaitib bin Abdul 'uzza mengabarkan kepadanya, bahwa Abdullah bin As Sa'di mengabarkan kepadanya, ia pernah mendatangi Umar dimasa-masa pemerintahannya. Umar lantas berujar; "Benarkan berita yang sampai kepadaku bahwa engkau mengurus urusan-urusan sosial, namun jika engkau diberi pesangon (uang lelah) engkau tidak menyukainya?", Saya jawab "Iya". Umar lantas mengatakan; "lalu maumu apa?", Saya menjawab; "Saya sudah punya kuda sekian banyak, demikian pula budak ada beberapa, dan aku dalam keadaan baik (mapan secara ekonomi), maka aku niati kerjaku ini sebagai sedekah (amal cuma-cuma/gratis) untuk kaum muslimin.". 
Umar spontan mengatakan: 'jangan kau lakukan, saya sebenarnya juga ingin seperti kehendakmu, namun Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam juga memberiku pemberian, tetapi saya katakan; 'Coba berikan saja pemberian itu kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku!'. Kemudian hari, Nabi juga memberi pemberian yang sama kemudian aku katakan; 'Tolong berikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada aku!'. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Ambil saja, kembangkan harta ini, dan jadikanlah untuk bersedekah, harta ini yang datang kepadamu dengan cara yang tidak berlebihan dan engkau sendiri tidak meminta, maka ambil saja, dan terhadap harta, janganlah nafsumu kau perturutkan terhadapnya!". 
Dan dari Az Zuhri berkata; telah menceritakan kepadaku Salim bin Abdullah bahwa Abdullah bin Umar berkata; saya telah mendengar Umar bin Khattab berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan suatu pemberian kepadaku, lalu saya berkata; Berikan kepada orang yang lebih fakir daripadaku, sehingga pada suatu saat beliau memberi lagi dan saya jawab sebagaimana sebelumnya. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ambillah! kembangkan harta ini, dan jadikanlah untuk bersedekah, harta ini yang datang kepadamu dengan cara yang tidak berlebihan dan engkau sendiri tidak meminta, maka ambil saja, dan terhadap harta, janganlah nafsumu kau perturutkan terhadapnya!" (No. Hadist: 6630 KITAB SHAHIH BUKHARI) 

Bab: Larangan Meminta Upah dalam Berdakwah dan Syi'ar Islam
Hannad menceritakan kepada kami, Abu Zubaid dia adalah Abtsar bin Al Qasim menceritakan kepada kami dari Asy'ats, dari Al Hasan, dari Usman bin Abi Al Ash, ia berkata, "Sesungguhnya sebagian amanat terakhir Rasulullah SAW kepadaku adalah agar aku mengangkat seorang muadzin yang tidak mengambil upah atas adzannya"
Shahih: Ibnu Majah (714) dan Shahih Sunan Tirmidzi (209)

QS. 10. Yunus:

فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِّنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِىَ إِلاَّ عَلَى ٱللَّهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

72. Jika kamu berpaling (dari peringatanku/dakwahku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)." 


QS. 25. Al Furqaan:

قُلْ مَآ أَسْئلكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِلاَّ مَن شَآءَ أَن يَتَّخِذَ إِلَىٰ رَبِّهِ سَبِيلاً

57. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu (dakwah), melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya (menerima dakwah mengambil jalan Allah).


QS. 12. Yusuf:

وَمَا تَسْأَلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرٌ لِّلْعَـٰلَمِينَ

104. Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruan/dakwahmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam. 

---> Maka dari itu ikutilah para rasul, wali, da'i, muballigh, kyai, ustadz yang tidak menuntut imbalan atas segala nasihat dan ajakan mereka kepada kalian. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan mendatangkan kebaikan, jika kalian mengikuti petunjuk mereka ke jalan kebaikan dan kemenangan.

QS.36. Yaasiin:

اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

21. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. 

Hadits Abu Daud 3179

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ أَبِي طُوَالَةَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْمَرٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Suraij bin An Nu'man] telah menceritakan kepada kami [Fulaih] dari [Abu Thuwalah Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari] dari [Sa'id bin Yasar] dari [Abu Hurairah] ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla (seharusnya untuk mencari Ridlo Allah), namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia (namun ternyata ilmu itu untuk mendapatkan kekayaan Dunia), maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat." [HR. Abudaud No.3179].

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ أَرْضَى النَّاسَ بِسَخَطِ اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ وَمَنْ أَسْخَطَ النَّاسَ بِرِضَا اللهِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ

Artinya: “Barangsiapa mencari keridhoan manusia dengan membuat Allah murka, maka ia diserahkan oleh Allah kepada manusia. Dan barangsiapa membuat manusia murka dengan keridhoan Allah, maka Allah akan mencukupinya dari kejahatan manusia.” (Shahih. HR. Ibnu Hibban no.277 (I/510), dari Aisyah. Dan dishohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no.6010).

Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Ash Shamit Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Aku mengajarkan Al Qur`an dan menulis kepada ahli Shuffah. Lalu salah seoarang dari mereka menghadiahkan sebuah busur kepadaku. Kata hatiku, busur ini bukanlah harta, toh dapat kugunakan untuk berperang fi sabilillah. Aku akan mendatangi Rasulullah dan menanyakan kepada Beliau. Lalu aku pun menemui Beliau dan berkata: “Wahai Rasulullah, seorang lelaki yang telah kuajari menulis dan membaca Al Qur`an telah menghadiahkan sebuah busur kepadaku. Busur itu bukanlah harta berharga dan dapat kugunakan untuk berperang fi sabilillah”. Rasulullah bersabda:

8- إِِنْ كُنْتَ تُحِبُّ أَنْ تُطَوَّقَ طَوْقًا مِنْ نَارٍ فَاقْبَلْهَا.

Jika engkau suka dikalungkan dengan kalung dari api neraka, maka terimalah! ” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud, Bab Abwabul Ijarah Fi Kasbil Muallim (3416); Ibnu Majah (2157); Ahmad (V/315 dan 324); Al Hakim (II/41, III/356); Al Baihaqi (VI/125) dan selainnya dari dua jalur].

Diriwayatkan dari Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia melihat seorang qari sedang membaca Al Qur`an lalu meminta upah. Beliau mengucapkan kalimat istirja’

(إَنَّ لِلَّهِ وَ إِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ ), kemudian berkata: Rasulullah bersabda:

9-مَنْ قَرَأَ الْقُرْانَ فَالْيَسْأَلِ اللهَ بِهِ, فَإِنَّهُ سَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْانَ يَسْأَلُونَ بِهِ النَّاسَ.

Barangsiapa membaca Al Qur`an, hendaklah ia meminta pahalanya kepada Allah. Sesungguhnya akan datang beberapa kaum yang membaca Al Qur`an , lalu meminta upahnya kepada manusia”. [Hasan lighairihi, diriwayatkan oleh At Tirmidzi (2917); Ahmad (IV/432-433,436 dan 439); Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (1183), dari jalur Khaitsamah, dari Al Hasan, dari Imran bin Hushain Radhiyallahu ‘anhu].

Diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

10-تَعَلَّمُوْا الْقُرْانَ, وَاسْأَلُوا اللهَ بِهِ الْجَنَّةَ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَهُ قَوْمٌ يَسْأَلُونَ يِهِ الدُّنْيَا, فَإِنَّ الْقُرْانَ يَتَعَلَّمُهُ ثَلاَثةٌ: رَجَلٌ يُبَاهِيْ بِهِ, وَرَجُلٌ يَسْتَأْكِلُ بِهِ, وَرَجُلٌ يَقْرَأُهُ للهِ.

Pelajarilah Al Qur`an, dan mintalah surga kepada Allah sebagai balasannya. Sebelum datang satu kaum yang mempelajarinya dan meminta materi dunia sebagai imbalannya. Sesungguhnya ada tiga jenis orang yang mempelajari Al Qur`an. Orang yang mempelajarinya untuk membangga-banggakan diri dengannya, orang yang mempelajarinya untuk mencari makan, orang yang mempelajarinya karena Allah semata”. [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad (III/38-39); Al Baghawi (1182); Al Hakim (IV/547) dan selainnya dari dua jalur. Hadits ini hasan, Insya Allah. Lihat Silsilah Ahadits Ash Shahihah, no. 258].

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui kami. Saat itu kami sedang membaca Al Qur`an. Di antara kami terdapat orang-orang Arab dan orang-orang ‘Ajam (non Arab). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :

11- اِقْرَؤُوْا فَكُلٌّ حَسَنٌ, وَسَيَجِيءُ أَقْوَامٌ يُقِيمُونَهُ كَمَا تُقَامُ القِدْحُ يَتَعَجَّلُونَهُ وَلاَ يَتَأَجَّلُونَهُ.

Bacalah Al Qur`an. Bacaan kalian semuanya bagus. Akan datang nanti beberapa kaum yang menegakkan Al Qur`an seperti menegakkan anak panah. Mereka hanya mengejar materi dunia dengannya dan tidak mengharapkan pahala akhirat”. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (830) dan Ahmad (III/357dan 397) dari jalur Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir. Sanadnya shahih. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud, III/418 no. 783][2]

Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Syibl Al Anshari Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Mu’awiyah berkata kepadanya: “Jika engkau datang ke kemahku, maka sampaikanlah hadits yang telah engkau dengar dari Rasulullah!” Kemudian ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

12- اِقْرَؤُوْا الْقُرْانَ,وَلاَ تَأْكُلُوا بِهِ, وَلاَ تَسْتَكْثِرُوا يِهِ, وَلاَ تَجْفُوا عَنْهُ, وَلاتَغْلُوا فِيهِ.

Bacalah Al Qur`an, janganlah engkau mencari makan darinya, janganlah engkau memperbanyak harta dengannya, janganlah engkau anggap remeh dan jangan pula terlalu berlebihan” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ath Thahawi dalam Musykilul Atsar (4322) dan Ma’anil Atsar (III/18); Ahmad (III/428 dan 444) dan Thabrani dalam Mu’jamul Ausath (III/273 no. 2595) dari jalur Yahya bin Abi Katsir, dari Zaid bin Salam, dari Abu Sallam, dari Abu Rasyid Al Habrani, dari Abdurrahman bin Syibl Al Anshari. Sanad tersebut shahih dan perawinya tsiqah].

Bab: Bolehnya Menerima Upah dengan Syarat Bahwa Upah itu dari Pelajaran yang Ia Berikan (bukan dari Dakwah Al Qur'an)
“Telah menceritakan kepada kami Sidan bin Muddzarib Abu Muhammad Al Bahili telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar Al Bashri dia adalah seorang yang jujur yaitu Yusuf bin Yazid Al Barra` dia berkata; telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah bin Al Ahnas Abu Malik dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ibnu Abbas bahwa beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati sumber mata air dimana terdapat orang yang tersengat binatang berbisa, lalu salah seorang yang bertempat tinggal di sumber mata air tersebut datang dan berkata; "Adakah di antara kalian seseorang yang pandai menjampi? Karena di tempat tinggal dekat sumber mata air ada seseorang yang tersengat binatang berbisa." Lalu salah seorang sahabat Nabi pergi ke tempat tersebut dan membacakan al fatihah dengan upah seekor kambing. Ternyata orang yang tersengat tadi sembuh, maka sahabat tersebut membawa kambing itu kepada teman-temannya. Namun teman-temannya tidak suka dengan hal itu, mereka berkata; "Kamu mengambil upah atas kitabullah?" setelah mereka tiba di Madinah, mereka berkata; "Wahai Rasulullah, ia ini mengambil upah atas kitabullah." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil adalah upah karena kitabullah." (HR. Bukhari)

Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah menceritakan kepada kami, dari A'masv, dari Ja'far bin Iyas. dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa'id Al Khudri. ia berkata, "Rasulullah mengutus kami dalam sebuah peperangan, kemudian kami singgah di suatu kaum dan kami meminta mereka untuk menjamu (kami), (akan tetapi) mereka tidak mau menjamu kami. Selanjutnya pemimpin mereka disengat kalajengking, sehingga mereka mendatangi kami. Mereka berkata, 'Adakah di antara kalian orang yang dapat mengobati sengatan kalajengking?' Aku menjawab, 'Ya (ada), aku. Namun aku tidak akan mengobatinya sampai kalian memberi kambing kepada kami.' Pemimpin mereka berkata, 'Aku akan memberi kalian tiga puluh ekor kambing." Kami kemudian menyetujuinya. Aku kemudian membacakan Al Hamdulillah kepadanya tujuh kali. Dan ia pun sembuh. Kami kemudian menerima kambing (itu). Dalam diri kami kemudian muncul sesuatu (keraguan akan bolehnya melakukan hal itu). Kami berkata, 'Janganlah kalian tergesa-gesa, sampai kalian mendatangi Rasulullah. Tatkala kami mendatangi nya, maka aku pun menceritakan kepadanya tentang apa yang aku perbuat. Beliau bersabda, 'Darimana kamu tahu bahwa Al Hamdulillah itu ruqyah? Terimalah kambing (itu oleh kalian), dan berilah aku bagian bersama kalian'."
Shahih: Ibnu Majah (2156); Muttafaq alaih; Shahih Sunan Tirmidzi (2063).

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan".
Nama Abu Nadhrah adalah Mundzir bin Malik Qutha'ah.
Imam Syafi'i membolehkan orang yang mengajar Al Qur'an untuk mengambil upah. Menurutnya, sang pengajar harus membuat syarat bahwa dirinya akan menerima upah dari pelajaran yang ia berikan. Ia berdalil dengan hadits ini.

---》Kalau dicermati, kedua hadis tersebut TIDAK ada sedikitpun menyinggung masalah dakwah. Melainkan masalah pengobatan/ruqyah menggunakan Al Quran, sehingga diperbolehkan atau malah dianjurkan untuk mendapatkan upahnya.


Sesungguhnya para sahabat Nabi itu bekerja. Dan hasil kerja mereka, disumbangkan untuk syiar agama Allah ...
Dan insyaAllah tidak menerima upah, dari syiar dan dakwah mereka ...

Mereka berkata tentang Abu Bakar:

أَتُخْرِجُونَ رَجُلًا يُكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَيَصِلُ الرَّحِمَ وَيَحْمِلُ الْكَلَّ وَيَقْرِي الضَّيْفَ وَيُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

“Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” (HR. Bukhari)

Hadist:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْأَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلَا نَصِيفَهُ

Janganlah kalian mencela para sahabatku, janganlah kalian mencela para sahabatku, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika salah seorang dari kalian berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya (hasilnya) tidak akan menyamai infak mereka yang hanya satu genggam atau setengahnya. [HR. al-Bukhâri, no. 3673, Muslim, no.1967]

Umar bin Khattab Radhiallahu’anhu berkata:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نتصدق ، فوافق ذلك مالاً فقلت : اليوم أسبق أبا بكر إن سبقته يوما . قال : فجئت بنصف مالي ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما أبقيت لأهلك ؟ قلت : مثله ، وأتى أبو بكر بكل ما عنده فقال : يا أبا بكر ما أبقيت لأهلك ؟ فقال : أبقيت لهم الله ورسوله ! قال عمر قلت : والله لا أسبقه إلى شيء أبدا

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: ‘Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar’. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bertanya: ‘Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Kujawab: ‘Semisal dengan ini’. Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bertanya: ‘Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’. Abu Bakar menjawab: ‘Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya’. Umar berkata: ‘Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya’” (HR. Tirmidzi)


Wa Allahu 'Alam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar