Selasa, 07 Mei 2013

Beberapa Hal Mengenai Kedengkian Mereka terhadap Al Qur'an

QS:18. Al Kahfi:

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ ٱلشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِندَهَا قَوْماً قُلْنَا يٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْناً

86. Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.
___________

Sebagian orang² telah mencari-cari kelemahan dan kesalahan Al-Qur'an dng mengutamakan kedengkian hati mereka. Padahal hal tersebut hanya menunjukkan kebodohan mereka akan pengetahuan mengenai keindahan dan kedalaman isi Al Qur'an. Berikut ini sedikit cuplikannya (diambil dari situs mereka):
'Adakah Matahari itu sebenarnya terbenam kedalam sebuah mata air yang berlumpur hitam? Menurut nas al-Quran di atas nampaknya begitulah hakikatnya. Apakah ini satu salah-tafsiran atau satu "tafsiran khayalan" saja? Untuk mengelak dari apa-apa salah fahaman mengenainya marilah merujuk kepada sumber-sumber Islam yang sahih yaitu daripada para ilmuwan dan ulamak-ulamak yang berwibawa.
Rujukan-rujukan semuanya diambil daripada al-Baidawi, Jalalayn dan Zamakh-shari dan akan kaji sejauh manakah tafsiran di atas telah diterima oleh umat Islam selama ini. Didapati bahwa semua para ilmuwan tersebut menyetujui tafsiran ini! Mereka mengesahkan bahawa para sahabat Nabi telah menyoal Nabi Muhammad tentang terbenamnya matahari dan jawapan di ataslah yang telah diberikannya ... dst -sensor- yg isinya akan sangat "pedas" untuk ditampilkan'

Jawaban:
1. Perbandingan dng bahasa lain:
 Menunjukkan kebodohan mereka sendiri, menafsirkan secara harfiah, padahal dalam bahasa² lain juga terdapat kata² yg tidak akan mungkin diartikan secara harfiah. Misalnya: When i am feeling blue (apakah mereka akan menerjemahkan: ketika saya merasa biru?) dan Money mad (apakah mereka akan menerjemahkan: Uang yg edan? padahal seharusnya mata duitan)
2. Tafsir Ibnu Katsir
Disebutkan: Hal tersebut menurut PANDANGAN pribadi Zulkarnain, seakan-akan ia melihat matahari tenggelam di lautan yang berlumpur hitam. Dan bukannya matahari itu malah terbenam ke dalam lautan, melainkan pandangan SEMU seorang manusia, bahwa ia telah melihat matahari telah tenggelam di suatu lautan yg berlumpur hitam di suatu pantai sebelah barat. (Selengkapnya silahkan membaca sendiri tafsirnya)
3. Tafsir Jalalain
Disebutkan: (Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari) tempat matahari terbenam (dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam) pengertian terbenamnya matahari di dalam laut hanyalah berdasarkan pandangan mata saja, karena sesungguhnya matahari jauh lebih besar daripada dunia atau bumi (dan dia mendapati di situ) di laut itu (segolongan umat) yang kafir ... (Selengkapnya silahkan membaca sendiri tafsirnya)

Banyak sekali manusia yg mencoba mengotak-atik dari segi kedalaman bahasa, kiasan dan semacamnya. Padahal mereka sendiri malah menunjukkan kedengkian hati mereka terhadap Al Qur'an atau malah menunjukkan kebodohan mereka sendiri.
Bukankah Al Qur'an itu merupakan Kalamullah yang diturunkan untuk bangsa Jin dan Manusia? Dan Al Qur'an itu bukan untuk diri Allah sendiri? Sehingga bahasa yang digunakan juga menggunakan bahasa yg dapat dipahami makhluk-Nya, yakni Muhammad SAW. yang menerangkan kepada Manusia dan Jin?
Bentuk kiasan, sindiran, kejelasan arti dan huruf² yang tidak mungkin ditafsirkan oleh manusia (hanya Allah yang Mengetahui, lihat artikel sebelumnya), adalah merupakan bukti keagungan, kebenaran dan kemuliaan Al Qur'an yang isinya dapat mengalahkan para penyair, merangsang logika para ilmuwan untuk terus berfikir dan merenungi alam semesta ini, menjadikan petunjuk yang jelas dengan hukum²Nya juga berisikan cerita² orang terdahulu yg sangat indah dalam penyajiannya, kalau kita sadar dan mengakuinya.
---------------------

Surah Al Fatihah juga mereka perselisihkan. Mereka menganggap Surah Al Fatihah buatan Nabi SAW. sendiri, kalau dibaca isinya. Mestinya kalau benar dari Allah, maka isinya akan seperti Surah Al Ikhlash. Nah, hal ini juga menunjukkan kebodohan mereka sendiri. Sekali lagi saya katakan bahwa, Al Qur'an itu diturunkan untuk bangsa Jin dan Manusia, dan bukan untuk diri Allah sendiri.
Surah Al Fatihah mengandung makna diantaranya:
Beriman kepada Allah terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Diantara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka didalam surat Al Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Merupakan pernyataan pengabdian (penyembahan) dan meminta pertolongan dari hamba-Nya, hanya kepada Allah, tidak kepada yg lain.
Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.

Bukankah Surah Al Fatihah diturunkan untuk makhluk dan untuk mengajari, juga untuk mendidik mereka? dan bukan untuk diri Allah sendiri? Apakah bisa Muhammad SAW membuat sendiri Surah Al Fatihah??? Jelas tidak mungkin bisa!!!
Sedangkan Surah Al Ikhlash, pokok-pokok isinya:
Menjelaskan tentang diri Allah sendiri dan penegasan tentang kemurnian keesaan Allah s.w.t. dan menolak segala macam kemusyrikan dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.

Ada suatu hadis yg menarik, dalam menjawab tuduhan para mereka terhadap surah Al Fatihah. Selain mereka menuduh Al Fatihah sebagai buatan Nabi SAW sendiri, mereka juga menuduh surah Al Fatihah bukan termasuk dari Al Qur'an. Dengan alasan sahabat Nabi SAW sendiri yakni Ibnu Mas'ud tidak menulis surah Al Fatihah dalam mushhafnya.
Al-A'masy meriwayatkan dari Ibrahim yang pernah menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Ibnu Mas'ud, "Mengapa engkau tidak menulis Al-Fatihah dalam mushafmu?, Ibnu Mas'ud men-jawab, "Seandainya aku menulisnya, niscaya aku akan menulisnya pada permulaan setiap surat." Abu Bakar ibnu Abu Dawud mengatakan, yang dimaksud ialah mengingat surat Al-Fatihah dibaca dalam salat, hingga cukup tidak diperlukan lagi penulisannya, sebab semua kaum muslim telah menghafalnya. (diambil dari Tafsir Ibnu Katsir)

Berikut ini adalah suatu hadis yg jelas-jelas menunjukkan bahwa, surah Al Fatihah termasuk dari Al Qur'an dan bukan buatan Nabi SAW, melainkan diturunkan dari Sang Pencipta yang Maha Agung, yakni Allah SWT.
Imam Muslim di dalam kitab Sahih-nya dan Imam Nasai di dalam kitab Sunan-nya telah meriwayatkan dari hadis Abul Ahwas Sa-lam ibnu Salim, dari Amman ibnu Zuraiq, dari Abdullah ibnu Isa ibnu Abdur Riinan ibnu Abu Laila, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah Saw. yang saat itu sedang bersama Malaikat Jibril, tiba-tiba Jibril mendengar suara gemuruh di atasnya, lalu Jibril mengangkat pandangannya ke langit dan berkata, 'Ini adalah suara pintu langit dibuka, pintu ini sama sekali belum pernah dibuka.' Lalu turunlah seorang malaikat dan langsung datang kepada Nabi Saw., kemudian berkata: "Bergembiralah dengan dua cahaya yang telah diberikan kepada-mu, tiada seorang Nabi-pun sebelummu yang pernah diberi ke-duanya, yaitu Fatihatul Kitab (surah Al Fatihah) dan ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah. Tidak sekali-kali kamu membaca suatu huruf dari-nya melainkan pasti kamu diberi oleh Allah sesuai dengan maksud yg kita baca (dari surah Al Fatihah atau dari ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah). Demikianlah menurut lafaz riwayat Imam Nasai, hampir sama dengan lafaz Imam Muslim.
---------------------

Mereka juga menuduh kalau Al Qur'an itu telah menyebutkan kalau bumi itu ceper atau datar (tidak bulat), dengan memutar balikkan makna sebenarnya dari ayat Al Qur'an. Mereka memutar balikkan makna Al Qur'an dng pengertian menurut hawa nafsu mereka yg memang ingin manghancurkan Islam. Mereka memaknai Al Qur'an tanpa ilmu yg benar, dengan tujuan menyesatkan kaum Muslimin yang ilmunya kurang. Sanggahannya adalah sebagai berikut:

QS.88. Al Ghaasyiyah:

وَإِلَى ٱلأَْرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Dari ayat diatas inilah mereka menuduh kalau Al Qur'an telah menyebutkan bahwa bumi itu ceper atau datar. Mereka memaknai firman Allah "Suthihat" secara tekstual, dan sangat dangkal.
Tafsir:
Maksud sebenarnya dari ayat diatas adalah bumi itu dijadikan Allah agar bisa dihuni makhluk²Nya (lihat juga ayat² sebelumnya, yakni ayat 17-19, ayat² ini berhubungan dengan ayat 20), sehingga terhampar, atau dibentangkan dan dihamparkan. Firman Allah "Suthihat" jelas menunjukkan bahwa bumi itu (seolah-olah) 'rata' bentuknya, dan bentuk bumi bukanlah bulat seperti bola. Bumi dihamparkan hingga 'rata', sehingga dapat dihuni oleh manusia dan makhlukNya yang lain.
Andaikata bumi dijadikan rusak bergelombang dengan bergunung-gunung yang sangat tinggi (curam) dan jurang yang sangat dalam, seperti planet² lainnya, apakah bisa bumi ini dihuni oleh makhluk²Nya?.
Dan terdapatnya atmosfer (sebagai pelindung dan tempat bernafas), juga gaya gravitasi yang "pas", sehingga kita tidak melayang-layang di udara ataupun juga tidak merasa "sangat berat" ketika bepergian/berjalan dimuka bumi, itu juga makna dari "dihamparkan".
Itulah makna dari Firman Allah "Suthihat".
Singkat kata, makna dari Firman Allah "Suthihat", bukanlah menunjukkan bahwa bumi itu ceper atau datar ataupun bulat seperti bola, namun lebih mengarah kemakna, bumi itu dihamparkan seolah-olah 'rata' bentuknya hingga layak untuk dihuni manusia dan makhluq lain ...!
Sekali lagi, makna ayat ini TIDAK menunjukkan kalau bumi itu datar atau ceper seperti tuduhan mereka, yang mencoba memutar balikkan makna.


Ayat diatas akan dijelaskan lebih dalam pada ayat berikut ini (ayat ini pendek, namun maknanya sangat dalam dan sangat luas, juga ayat² yang lain mengenai alam semesta ini):
Ayat berikut ini, menunjukkan perlunya kekuatan yang lebih, supaya dapat melintasi penjuru langit dan bumi. Mengapa dikatakan demikian? Kalau bumi itu datar, tentunya tidak perlu kekuatan lebih dalam melintasinya. Namun karena adanya gaya gravitasi, baik itu gaya gravitasi bumi ataupun yang lainnya, maka perjalanan melintasi penjuru langit dan bumi menjadi jauh lebih sulit.
Namun demikianlah kehendak dan IlmuNya, sehingga dengan adanya gaya gravitasi ini, kita bisa tinggal dibumi dengan enak dan nyaman, karena bumi ini seolah-olah rata (sudah dijelaskan sebelumnya) dan tidak terjadi tabrakan dengan benda langit lainnya, padahal umur bumi ini sudah sangat tua sekali ...
Alam semesta terlihat kokoh, bintang dilangit tidak jatuh ke bumi, padahal tidak ada tiang yang menyangganya ...
Selain itu, ayat ini juga menunjukkan betapa luasnya alam semesta ini, jika kita ingin melintasinya, pikirkan masalah jarak yang sangat² jauh, walaupun tampak dekat dimata. Pikirkan juga berbagai rintangan yang mungkin menghampiri, hujan meteor, medan gravitasi, sinar UV yang berbahaya dan masih banyak lagi. Dan ini semua (melintasi alam semesta) tidak akan mungkin dilakukan baik oleh bangsa Jin ataupun manusia biasa, kecuali dengan kekuatan yang sangat dahsyat (atau bisa juga dikatakan dengan menggunakan teknologi canggih jaman sekarang) ....
Selengkapnya dijelaskan pada surat Qaaf berikutnya ...

QS.55. Ar Rahmaan:

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ

33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

Wahai jin-jin dan manusia semua, jika kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi, tembuslah! Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan.
{Sampai saat ini terbukti betapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menembus lingkup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan luar angkasa selama waktu yang sangat sedikit dan terbatas jika dibandingkan dengan besarnya alam raya itu saja memerlukan upaya yang luar biasa di bidang sains dengan segala cabangnya: teknik, matematika, seni, geologi, dan sebagainya. Belum lagi ditambah dengan biaya sangat besar. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa upaya menembus langit dan bumi yang berjarak jutaan tahun cahaya itu mustahil dapat dilakukan oleh jin dan manusia biasa (kecuali oleh Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa dahsyat Isra' dan Mi'raj).}


QS.50. Qaaf:

أَفَلَمْ يَنظُرُوۤاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَـٰهَا وَزَيَّنَّـٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍ

6. Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ? 

Tafsir:
Sesungguhnya Allah telah menciptakan alam semesta ini, dan membangun langit yang kita lihat tanpa tiang penyangga, suatu teknologi yang luar biasa, yang sangat sulit dilakukan oleh manusia. Dengan teknologi seperti ini (tanpa tiang penyangga, namun menggunakan gaya gravitasi), Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta yang menghiasi langit, dan bermanfaat bagi kita (bisa dibuktikan mengenai apa² yang telah tercipta dan dihancurkan oleh Allah melalui teleskop, karena sangat jauh jaraknya dari kita). Seolah-olah kita melihat alam semesta ini berkembang, dan informasi terakhir yang didapatkan, kecepatan berkembangnya alam semesta ini melambat.
Hingga kita yang meneliti alam semesta ini tidak akan menemukan langit yang retak-retak atau cacat walau sangat sedikit, dan Allah terus memelihara alam semesta ini hingga datang waktunya, yakni waktu ajal berjama'ah (kiamat).
Andaikan Allah menjadikan bumi ini datar atau ceper tentu TIDAK akan ada gaya gravitasi, sebab dalam ilmu Fisika, gaya sentrifugal dan sentripetal dapat terjadi jika benda tersebut tidak datar atau tidak ceper. Bagaimana suatu benda dapat melakukan gerak melingkar atau berputar jika benda tersebut datar atau ceper?
Bagaimana bisa ada gaya gravitasi, kalau suatu benda itu datar atau ceper? Jika anda mengatakan, bukankah ada magnet bumi yang dapat menarik kita? waduh, kalau kita terbuat dari besi (robot) kita bisa ditarik oleh magnet, padahal kita tidak dari besi, demikian juga kapas, dan daun ... Nah ...!
Dan lagi, jika tidak ada gaya gravitasi, berapa trilyun tiang penyangga yang digunakan untuk menopang bintang² dilangit? Dan yang pasti kita akan mendustakan penelitian ilmiah, yang membuktikan kalau alam semesta ini berkembang (dengan tiang penyangga, tidak mungkin alam semesta ini berkembang!).


QS.39. Az Zumar:

خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلأَْرْضَ بِٱلْحَقِّ يُكَوِّرُ ٱلَّيْـلَ عَلَى ٱلنَّهَـارِ وَيُكَوِّرُ ٱلنَّـهَارَ عَلَى ٱلَّيْلِ وَسَخَّـرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُـلٌّ يَجْرِى لأَِجَـلٍ مُّسَـمًّى أَلا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفَّارُ

5. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. 

Tafsir:
Sesungguhnya dalam Al Qur'an, kata² yang digunakan untuk menjelaskan alam semesta dan apa² mengenai bumi beserta isinya sungguh sangatlah penting. Misalnya: kata Arab yg diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat diatas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, kata ini digunakan unt menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu diatas yg lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala. Sehingga penjabaran dari "Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam" adalah berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi, yang berarti bentuknya bulat (karena ada pergantian siang dan malam secara kontinyu, seolah-olah saling menutupkan).
Padahal Al Qur'an diturunkan pada abad ke-7, yakni 8 abad sebelum Galileo menemukan kalau Bumi ini bulat.(Buletin Al Falah, Prof.DR.HM.Roem Rowi,MA).

Selanjutnya, "dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan". Menurut perhitungan ahli astronomi, matahari bergerak dng kecepatan luar biasa yg mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dlm sebuah garis edar yg disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari, juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam Semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.(keajaibanalquran.com)

Siapakah yang merencanakan? jawabannya, "Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.". Dialah yg Maha Perkasa merencanakan semua itu sendirian (Ahad, tanpa bantuan yang lain), merencanakan segala sesuatu mengenai alam semesta, bumi beserta isinya dengan benar (bahkan sebenar-benarnya, tanpa cacat atau retak sedikitpun, lihat QS.Qaaf:6), dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun terhadap semua kesalahan dan dosa yang telah dilakukan hamba²Nya yang beriman kepadaNya, sehingga alam semesta ini dipeliharaNya hingga waktu yang telah ditentukan, yakni, Kiamat ...


QS. Al-Anbiya:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?

Dalam Tafsir Jalalain dan Quraish Shihab:
Apakah orang-orang kafir itu buta hingga tidak melihat bahwa langit dan bumi pada awal penciptaannya adalah satu kesatuan dan saling melekat satu sama lain (sesuatu yang padu, bulat, dan pasti tidak datar dan juga tidak ceper), lalu masing-masing Kami pisahkan? Tidak melihat pulakah mereka bahwa dari air yang tak mengandung kehidupan Kami dapat membuat segala sesuatu menjadi hidup? Lalu, setelah itu mereka tetap juga membangkang dan tidak percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah?

{Ayat ini mengungkap konsep penciptaan planet, termasuk bumi, yang belakangan dikuatkan oleh penemuan ilmu pengetahuan mutakhir dengan teori-teori modernnya. Dalam konsep itu dinyatakan bahwa pada dasarnya bumi dan langit merupakan satu kesatuan yang bersambungan satu sama lain. Kenyataan itu pula yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern dengan sejumlah bukti yang kuat. Kata al-fatq pada ayat ini berarti 'pemisahan', yaitu pemisahan bumi dari langit yang sebelumnya menyatu. Ini pula yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Kalau langit dan bumi pada awal penciptaannya adalah satu kesatuan dan saling melekat satu sama lain, kemudian dipisahkan, tentunya hasil pemisahan masing-masing benda itu tidaklah terlalu jauh berbeda. Matahari bulat, Bulan bulat, Bintang-bintang bulat, Meteor juga bulat meskipun tidak sempurna bulatnya, namun yang pasti, semuanya TIDAK ceper. Apakah Bumi akan ceper dan datar bentuknya, berbeda jauh dengan yang lainnya? ataukah kita akan berpikiran, semuanya ceper dan datar bagaikan kertas? Sungguh, tambah tidak masuk akal!
Kalau kita perhatikan, dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata ganti "Kami" yakni pada ayat "lalu masing-masing Kami pisahkan", hal ini menunjukkan bahwa dalam "pemisahan" itu terjadi tidak secara langsung, melainkan ada suatu proses dan ilmu-Nya yang berperan didalamnya. Seperti dijelaskan dalam tautan berikut ini: http://tausyiahaditya.blogspot.co.id/2015/08/mengapa-pada-beberapa-ayat-alquran.html

Ada beberapa teori yang dapat mengungkap sejumlah gejala berkaitan dengan hal ini tetapi tidak dapat mengungkap beberapa gejala yang lain. Hal ini membawa kita kepada satu kesimpulan: tidak ada satu teori pun yang paling akurat dan disepakati oleh seluruh ahli. Namun demikian, berikut ini ada baiknya kalau kita melihat dua dari sejumlah teori itu, sebagai contoh:
Teori pertama, berkaitan dengan terciptanya tata-surya, menyebutkan bahwa kabut di sekitar matahari akan menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk kabut akan bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan membawa kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin bertambah besar hingga membentuk planet-planet, bulan dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri, seperti telah diketahui, mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada saat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbon dioksiada akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setalah itu adalah aktifias dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan generasi awal dan rumput-rumputan.
Teori kedua, berkenaan dengan terciptanya alam raya secara umum yang dapat dipahami dari firman Allah Swt. : "…anna al-samâwâti wa al-ardla kânatâ ratqan…" yang berarti bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu massa (tentunya bulat dan tidak ceper ataupun datar). Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya. Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling berkaitan dan di bawah tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal. Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola yang jari-jarinya tidak lebih dari 3.000.000 mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi "…fa fataqnâhumâ…" merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru, yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi. Sedangkan ayat yang berbunyi "wa ja'alnâ min al-mâ'i kulla syay'in hayyin" telah dibuktikan melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi (ilmu tentang susunan dan fungsi sel), misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dalam pembentukan sel yang merupakan satuan bangunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang Biokimia menyatakan bahwa air adalah unsur yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air dapat berfungsi sebagai media, faktor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri.
Sedangkan Fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.}


QS.27. An Naml:

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

88. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 

Keterangan:
Al Quran telah menjelaskan adanya pergerakan yang terjadi pada gunung-gunung, padahal menurut pandangan kita gunung-gunung itu diam ditempatnya. Sangat menggelitik akal logika kita. Gunung-gunung itu dikatakan berjalan sebagai jalannya awan, padahal menurut pandangan mata kita, gunung2 itu diam ditempatnya (kalau awan dilangit, kita memang melihatnya bergerak/berjalan) ...
Berarti kemungkinannya Gunung-gunung dan awan itu berada pada suatu tempat yang sama dan juga bergerak!. Seperti kita naik motor berboncengan. Teman yang kita bonceng terlihat diam, namun sebenarnya bergerak bersama-sama dengan kita yang mengendarai motor itu.
Nah, kalau tempat dari gunung dan awan itu bisa bergerak, mungkinkah punya roda? tentu tidak mungkin. Dan yang paling mungkin adalah tempat itu haruslah bulat dan bukan datar ataupun ceper!.
Kita semua tahu, kalau tempat gunung dan awan itu ya ada di Bumi. Yang otomatis berarti Bumi itu bulat dan tidak datar ataupun ceper.

Dan diayat terakhir disebutkan "membuat dengan kokoh", benar-benar ada "sesuatu" yang menggelitik akal logika kita ...
Mengapa sampai dikatakan "membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu?", ternyata gunung-gunung itu dengan segala aktifitasnya dapat menjadikan Bumi yang kita tinggali ini tidak bergetar hebat dan dapat dihuni, meskipun manusia berbuat macam-macam diatasnya, seperti perang, uji coba nuklir dll, yang tentunya dapat mengganggu proses rotasi Bumi.
Seperti halnya mesin roket pada pesawat ulang-alik (antariksa) yang ada di kiri atau kanan badan pesawat, dan tidak hanya dibelakangnya.
Dan juga seperti kegunaan dan fungsi dari bolang-baling di ekor suatu Helikopter ...

Selengkapnya (Tafsir Quraish Shihab):
Kita pasti menyangka bahwa gunung-gunung itu diam tak bergerak. Padahal sebenarnya tidak demikian. Gunung-gunung itu bergerak cepat bagai awan. Itulah sebagian dari ciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu dengan sempurna. Allah Swt. mengetahui secara terperinci apa yang diperbuat oleh manusia berupa ketaatan dan kemaksiatan. Dan Allah akan memberikan balasan pada amal perbuatan itu.
{Ayat ini memberikan penjelasan bahwa segala benda yang tunduk pada hukum gravitasi bumi, termasuk lautan, daratan, gunung- gunung, atmosfer dan benda-benda lainnya, berotasi bersama-sama bumi dan berputar pula mengelilingi matahari. Proses pergerakan itu akan mengakibatkan separo belahan bumi akan mengalami kegelapan selama enam bulan, sedang paroan lain akan mengalami siang yang terang benderang selama masa yang sama. Tetapi kita, sebagai penduduk bumi, tidak merasakan gerak perputaran itu. Persis saat kita menyaksikan gerak awan di udara yang tidak menimbulkan bunyi. Dan Allah Maha Kuasa untuk menjadikan bumi berhenti, tidak berotasi pada porosnya atau menjadikan masa rotasinya sama dengan masa yang dipergunakan bumi mengelilingi matahari (evolusi). Dengan begitu separo permukaan bumi akan mengalami malam yang gelap gulita dan separo yang lain mengalami siang terang benderang sepanjang tahun. Hal itu tentu dapat berakibat hilangnya keseimbangan temperatur bumi secara keseluruhan. Pada gilirannya, hal terakhir ini akan mengakibatkan musnahnya semua makhluk yang ada di bumi. Allah Swt. membuat semua aturan dengan sangat teliti itu, sebagai wujud kasih sayang kepada hamba-Nya. Meskipun Aristarkhos (310-230 S.M), seorang ahli falak Yunani telah menulis tentang rotasi bumi, tulisannya itu belum sampai kepada kalangan Arab pada masa Muhammad saw. atau sebelumnya. Orang pertama di kalangan Arab yang menyinggung masalah ini adalah Al-Bîrûnî sekitar tahun 1000 M., mengiring gerakan terjemah yang terjadi pada masa dinasti Abbasiah. Penyampaian fakta ilmiah ini melalui Muhammad saw. sebelum ia sendiri tahu tentang hal itu, adalah bukti bahwa al-Qur'ân benar-benar wahyu yang difirmankan oleh Allah Swt.}


Bab. Nasakh dan mansukh
Tercatat, di antara sejarah tragedi terbesar dalam Islam adalah tragedi permainan kata2 yg dilancarkan oleh orang Yahudi terhadap Nabi Muhammad perihal nasakh-mansukh sehingga banyak sahabat yg kemudian kembali murtad berawal dari perkataan orang2 Yahudi tersebut.

KH Bahaudin Nur Salim, Rembang mengatakan, nasakh-mansukh adalah sebuah ketetapan hukum yg dianulir dgn hukum lain di kemudian hari. Orang yahudi sangat bergembira mendapatkan berita ini sebab mereka mempunyai amunisi kata2 untuk menyerang. Mereka mendatangi sahabat yg tidak terpelajar lalu diprovokasi, “Lihat, Muhammad itu sedang bingung menetapkan hukum. Satu saat ia menyatakan ini halal, satu saat yg lain ia menyatakan menjadi haram.”

Tidak ada tragedi terbesar melebihi peristiwa nasakh-mansukh ini. Orang yg khusyu’ tidak bisa berpikir ilmiah, sedangkan penyerangnya bermain logika. Dengan demikian, yg paling tepat menurut para ulama dalam mendefinisikan nasakh-mansukh dgn istilah:
انقضاء مدة العبادة
Artinya: “Habisnya durasi waktu ibadah.”

Apabila masa ibadah selesai, maka tidak lagi ada masalah. Orang puasa Ramadhan waktu pelaksanaannya adalah selama sebulan Ramadhan. Setelah bulan Ramadhan selesai, tidak lagi wajib berpuasa. Orang shalat menghadap Baitul Maqdis, setelah durasi waktunya selesai, Allah kembali lagi memerintahkan kembali menghadap ke Ka’bah. Ibaratnya, ada anak kecil yg minumnya air susu ibu (ASI), saat ia sudah berumur 15 tahun, anak yg sudah beranjak remaja ini minum kopi. Hal tersebut dinamakan selesai durasi minum susu, berganti durasi waktunya minum kopi.

Contoh demikian tidak bisa diistilahkan orang tua menganulir kebijakan atau orang tuanya mengevaluasi kebijakan kepada anaknya. Apakah karena perbedaan sikap ibu kepada anaknya tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak lagi konsisten? Tidak. Ibunya memperlakukan anaknya sesuai masa perkembangan anak. Begitu pula nasakh-mansukh. Nabi saat masih di Makkah dilarang perang. Saat di Madinah diperintahkan Allah untuk perang, tidak berarti Allah mengevaluasi kebijakannya sendiri, namun Allah mensyariatkan sesuatu mempunyai durasi yg telah ditentukan sendiri.

Oleh karena itu, pesan Gus Baha’, seseorang jangan sekali2 salah dalam mendefinisikan sesuatu. Kalau salah definisi, akibatnya bisa berbahaya. Misalnya mendefinisikan nasakh mansukh dgn arti ibadah yg diubah Allah berdasarkan alasan maslahat, hal ini mempunyai kesan bahwa pertimbangan Allah adalah evaluasi. Padahal Allah tidak mungkin mengevaluasi. Allah sudah mengetahui semuanya pada zaman azali, yaitu pada masa dunia dan seisinya ini belum diciptakan sama sekali. Ini tidak nasakh-mansukh, tapi normal atau biasa2 saja.

Subhanallah ...

Subhanallah, Allahuakbar ... Sungguh Al Qur'an akan terus diuji oleh sejumlah manusia dan jin, namun setiap kali diuji, pasti akan semakin terlihat kehebatan, kebenaran dan kemuliaan Al Qur'an. Tidak akan pernah Al Qur'an bisa "jatuh" oleh mereka, kecuali apabila didunia ini telah habis (wafatnya) para alim 'ulama yang sholeh.
Dengan habisnya para alim 'ulama yang sholeh, maka Al Qur'an akan ditafsirkan dan disanggah menggunakan hawa nafsu mereka sendiri, yang cenderung sesat lagi menyesatkan.

Wa Allahu 'Alam ...

----------------------------
Video yang Terkait dalam Dunia Ilmu Pengetahuan: https://drive.google.com/folderview?id=0B5Kej5uWWFbAZlE2TkNBMEt4dzA&usp=sharing

Video Komunitas Bumi Datar Adu Teori dengan Kepala Lapan:  http://m.news.viva.co.id/news/read/866349-video-komunitas-bumi-datar-adu-teori-dengan-kepala-lapan

2 komentar: