Senin, 16 November 2015

Semua makhluk-Nya pasti akan menemui Allah, asalkan tidak syirik

Sesungguhnya setiap umat mengikuti apa yang mereka sembah ...
Mereka yang menyembah selain Allah seperti berhala dan tuhan-tuhan yang lain akan berjatuhan ke neraka ...
Hingga yang tinggal hanyalah mereka yang menyembah Allah, baik orang-orang yang saleh maupun orang yang jahat dan sejumlah orang dari ahlul kitab ...

Pertama kali orang² Yahudi dipanggil ...
Dan Allah akan bertanya kepada mereka: 'Apa yang kamu sembah?' ...
Mereka menjawab:'Kami menyembah Uzair putra Allah'...
Maka akan dikatakan kepada mereka: 'Kalian adalah para pendusta! Karena Allah tidak pernah mengambil istri atau memiliki anak.' ...
'Apa yang sekarang kalian inginkan?' ...
Mereka menjawab; 'Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum.' ...
Maka mereka digiring dan ditunjukan, 'Minumlah' ...
Pada saat itulah mereka akan dikumpulkan di dalam api neraka yang bentuknya seperti fatamorgana yang saling merusak satu sama yang lainnya ...
Kemudian mereka akan ditenggelamkan ke dalam api neraka ...

Berikutnya orang-orang Nashrani akan dipanggil, 'Apa yang kamu sembah?' ...
Mereka menjawab; 'Yesus putra Allah'...
Maka dikatakan kepada mereka: 'Kalian adalah para pendusta! Karena Allah tidak pernah mengambil istri atau memilik anak'. 'Apa yang sekarang kalian inginkan?'...
Maka mereka menjawab sebagaimana orang Yahudi dan akhirnya dilemparkan ke dalam api neraka ...

Dan yang tetap tinggal adalah mereka yang hanya beribadah kepada Allah ...
Baik itu orang saleh atau orang yang berbuat kejahatan ...
Sesungguhnya para muslimin akan melihat-Nya kelak pada hari kiamat tanpa merasa kesulitan sebagaimana melihat matahari yang terang benderang atau bulan purnama serta tidak ada mendung sedikitpun yang akan menghalangi penglihatan ...

Allah akan mendatangi mereka dalam bentuk yang mendekati gambaran mereka tentang Dia dalam benak mereka ... 
Kemudian dikatakan kepada mereka; 'Apa yang kalian tunggu? Setiap bangsa mengikuti tuhan yang disembahnya didunia' ...
Mereka akan menjawab; 'Kami meninggalkan orang-orang di dunia ketika kami sedang sangat membutuhkan mereka dan kami tidak mengambil mereka sebagai tandingan. Sekarang kami sedang menunggu Rabb kami yang kami sembah' ...
Maka Allah akan berkata; 'Akulah Rabb kalian' ...
Para mukmin akan senantiasa berkata, sebanyak dua atau tiga kali; 'Kami tidak menyekutukan Allah.' ...
Namun sebaliknya, orang² munafik tidak menyangkal secara tegas, yang disebabkan karena keragu²an mereka mengenai Islam ...

Akhirnya jembatan shirathal mustaqim pun dibentangkan diatas neraka ...
Orang² ahli surga, akan melewati jembatan shiroth secara beragam, ada yang dengan berlari secepat kilat, berjalan ataupun merangkak ...
Ketika melewati jembatan shirathal mustaqim, mereka seraya berkata dng berulang-ulang, 'Selamatkanlah kami, selamatkanlah kami Ya Allah' ...
Dan yang tersisa adalah ahli neraka, mereka dihantam oleh gelombang berkali-kali hingga masuk ke dalam neraka ...

Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi keimanan atau sedikit sekali keimanannya, maka ia akan dikeluarkan dari neraka, setelah di dalamnya mereka menjadi arang ...
Kemudian mereka mendapatkan rahmat hingga mereka dapat keluar dari neraka dan dilemparkan ke pintu-pintu surga. ...
Dan satu kaum dari umat Rasulullah SAW. kelak akan keluar dari neraka dengan syafaat beliau ...
Mereka disebut sebagai ahli Jahanam (Jahanamiyyun) atau mantan penghuni Jahanam ...

Sesungguhnya para penghuni surga tidak akan merasakan kematian lagi, sehingga para penghuni surga tidak akan mati karena sangat bahagianya, setelah mendapatkan karunia dan kenikmatan yang luar biasa yakni surga ...
Dan para penghuni neraka juga tidak akan merasakan kematian lagi, sehingga para penghuni neraka tidak akan mati karena penyesalan yang amat mendalam, setelah mendapatkan pedihnya siksaan neraka ...

Setiap makhluk-Nya telah ditetapkan tempatnya, apakah di surga atau neraka, namun bagaimanapun juga, kita harus tetap berusaha supaya bisa masuk surga ...
Apabila ia memang ahli surga, apapun perbuatannya ketika di dunia, apakah itu perbuatan baik ataukah jahat, namun pada akhirnya, sebelum wafat ia akan melakukan perbuatan ahli surga, sehingga akan menjadi penghuni surga ...
Apabila ia memang ahli neraka, apapun perbuatannya ketika di dunia, apakah itu perbuatan baik ataukah jahat, namun pada akhirnya, sebelum wafat ia akan melakukan perbuatan ahli neraka, sehingga akan menjadi penghuni neraka ...
Walaupun setiap makhluk-Nya telah ditetapkan tempatnya, apakah di surga atau neraka, namun bagaimanapun juga, kita harus tetap berusaha supaya bisa masuk surga ...
Segala sesuatu yang telah ditetapkan akan dimudahkan oleh Allah ...

QS.4. An Nisaa':

إِنَّ ٱللَّهَ لاَ يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَـٰعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْراً عَظِيماً

40. Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar[Allah tidak akan mengurangi pahala orang-orang yang mengerjakan kebajikan walaupun sebesar zarrah, bahkan kalau dia berbuat baik pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah.].

Awas, Hanya karena Lalat, Bisa Masuk Surga atau Neraka!

عن طارق بن شهاب، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (دخل الجنة رجل في ذباب، ودخل النار رجل في ذباب) قالوا: وكيف ذلك يا رسول الله؟! قال: (مر رجلان على قوم لهم صنم لا يجوزه أحد حتى يقرب له شيئاً، فقالوا لأحدهما قرب قال: ليس عندي شيء أقرب قالوا له: قرب ولو ذباباً، فقرب ذباباً، فخلوا سبيله، فدخل النار، وقالوا للآخر: قرب، فقال: ما كنت لأقرب لأحد شيئاً دون الله عز وجل، فضربوا عنقه فدخل الجنة)

Dari Thariq bin Syihab, (beliau menceritakan) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji)  sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Ia pun menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Ia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah, ia masuk neraka. Mereka juga memerintahkan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Ia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Akhirnya, mereka pun memenggal lehernya. Karena itulah, ia masuk surga.”
(Hadits Mauquf Shahih HR. Ahmad)


Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Abdul 'Aziz Telah menceritakan kepada kami Abu 'Umar Hafsh bin Maisarah dari Zaid bin Aslam dari 'Atha bin Yasar dari Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu dia berkata: sejumlah orang pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata; 'Ya Rasulullah, apakah kami dapat melihat Allah pada hari kiamat? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab. 'Ya, ' apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari yang terang benderang serta tidak ada mendung?" Mereka berkata: "Tidak wahai Rasulullah!" lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apakah kalian merasa kesulitan melihat rembulan pada malam purnama yang tidak ada mendung dibawahnya?", mereka berkata; "Tidak, wahai Rasulullah!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya kalian akan melihat-Nya kelak pada hari kiamat tanpa merasa kesulitan sebagaimana kalian melihat salah satu dari keduanya.
    Pada hari kiamat, sang penyeru akan mengumumkan, setiap umat mengikuti apa yang mereka sembah. Maka mereka yang menyembah selain Allah seperti berhala dan tuhan-tuhan yang lain akan berjatuhan ke neraka.
    Hingga yang tinggal hanyalah mereka yang menyembah Allah baik orang-orang yang saleh maupun orang yang jahat dan sejumlah orang dari ahlul kitab. Kemudian orang Yahudi akan dipanggil, Allah akan bertanya kepada mereka: 'Apa yang kamu sembah?'. Mereka menjawab; 'Kami menyembah Uzair putra Allah'. Maka akan dikatakan kepada mereka; 'Kalian adalah para pendusta! Karena Allah tidak pernah mengambil istri atau memiliki anak'. 'Apa yang sekarang kalian inginkan?' Mereka menjawab; 'Kami sangat haus ya Rabb, maka berilah kami minum'. Maka mereka digiring dan ditunjukan, 'Minumlah'. Pada saat itulah mereka akan dikumpulkan di dalam api neraka yang bentuknya seperti fatamorgana yang saling merusak satu sama yang lainnya. Kemudian mereka akan ditenggelamkan ke dalam api neraka.
    Setelah itu orang-orang Nashrani akan dipanggil, 'Apa yang kamu sembah?' Mereka menjawab; 'Yesus putra Allah'. Maka dikatakan kepada mereka: 'Kalian adalah para pendusta! Karena Allah tidak pernah mengambil istri atau memilik anak'. 'Apa yang sekarang kalian inginkan?' Maka mereka menjawab sebagaimana orang Yahudi dan akan dilemparkan ke dalam api neraka.
    Kemudian yang tetap tinggal adalah mereka yang hanya beribadah kepada Allah. Baik itu orang saleh atau orang yang berbuat kejahatan. Allah akan mendatangi mereka dalam bentuk yang mendekati gambaran mereka tentang Dia dalam benak mereka. Akan dikatakan kepada mereka; 'Apa yang kalian tunggu? Setiap bangsa mengikuti tuhan yang disembahnya didunia'. Mereka akan menjawab; 'Kami meninggalkan orang-orang di dunia ketika kami sedang sangat membutuhkan mereka dan kami tidak mengambil mereka sebagai tandingan. Sekarang kami sedang menunggu Rabb kami yang kami sembah.' Maka Allah akan berkata: 'Akulah Rabb kalian', mereka akan senantiasa berkata, sebanyak dua atau tiga kali; 'Kami tidak menyekutukan Allah.' [Allah menampakkan diri-Nya dalam wujud sesuatu seperti kebanyakan dalam benak orang² muslim, namun para mukmin menyangkal, karena kekuatiran untuk menyekutukan Allah yang memang belum pernah dilihat mereka ketika didunia, dan sebaliknya, orang² munafik tidak menyangkal secara tegas, karena keragu²an mereka] (No. Hadist: 4215 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)

Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Abu Sufyan, dari Jabir, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sebagian orang dari ahli tauhid diadzab di neraka hingga di dalamnya mereka menjadi arang. Kemudian mereka mendapatkan rahmat hingga mereka dapat keluar (dari neraka) dan dilemparkan ke pintu-pintu surga." Beliau melanjutkan, "Ahli surga memercikkan air kepada mereka. Mereka tumbuh seperti tumbuhnya biji di muatan air bah. Lalu, mereka masuk ke dalam surga."
Shahih: Ash-Shahihah (2451). -dari Sahih Sunan Tirmidzi-

Salamah bin Syabib menceritakan kepada kami, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ma'mar mengabarkan kepada kami, dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Abu Sa'id Al Khudri. Bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi keimanan akan dikeluarkan dari neraka."
Shahih: Muttafaq alaih.

Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami, Hasan bin Dzakwan menceritakan kepada kami, dari Abu Raja Al Utharidi, dari Imran bin Hushain, dari Nabi SAW. Beliau bersabda, "Sungguh satu kaum dari umatku kelak akan keluar dari neraka dengan syafaatku. Mereka disebut sebagai ahli Jahanam (Jahanamiyyun) -seperti sebutan bagi mantan Napi, karena pernah dipenjara-."
Shahih: Ibnu Majah (4315); Al Bukhari.

Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. bersabda, "Allah akan mengumpulkan manusia di hari Kiamat pada satu tanah lapang, kemudian Rabb pemilik semesta alam muncul dihadapan mereka. Allah kemudian berfirman, "Bukankah setiap manusia itu mengikuti apa yang disembahnya?' Lalu dibuatkan salib bagi orang yang menyembahnya, dibuatkan gambar bagi orang yang menyembah gambar, dibuatkan api bagi orang yang menyembah api. Mereka semua mengikuti apa yang mereka sembah. Kemudian tinggal kaum muslimin, Rabb pemilik semesta alam muncul di hadapan mereka. Allah berfirman, 'Tidakkah kalian mengikuti orang-orang itu?' Mereka menjawab, 'Kami berlindung kepada Allah dari (adzab)-Mu, kami berlindung kepada Allah dari (adzab)-Mu. Allah-lah Tuhan kami. Inilah tempat kami sehingga kami dapat melihat Rabb kami'. Allah lalu memerintahkan kepada mereka dan memperteguh (hati) mereka. Dia berbalik dan muncul kembali. Dia berfirman, 'Tidakkah kalian mengikuti orang-orang itu?' Mereka menjawab, 'Kami berlindung kepada Allah dari (adzab)-Mu, kami berlindung kepada Allah dari (adzab)-Mu. Allah-lah Tuhan kami. Inilah tempat kami hingga kami dapat melihat Rabb kami'. Dia lalu memerintahkan mereka dan memperteguh (hati) mereka." Mereka (para sahabat) bertanya, 'Apakah kami dapat melihat-Nya, wahai Rasulullah?". Beliau bertanya, "Apakah kalian terhalangi dalam melihat bulan dimalam bulan purnama?" Mereka menjawab, "Tidak, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Sesungguhnya kalian tidak akan terhalangi dalam melihat-Nya pada saat itu. Allah lalu berbalik, kemudian muncul kembali dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Allah berfirman. 'Aku adalah Tuhan kalian, ikutilah Aku!'. Kaum muslimin pun berdiri dan jembatan shirathal mustaqim pun diletakkan. Mereka (kaum muslimin) dapat melewatinya seperti larinya seekor kuda yang bagus tsehat) dan seperti penunggang kuda (yang mahir). Ucapan yang mereka katakan kepada Allah adalah, 'Selamatkanlah (kami), selamatkanlah (kami)'. Kemudian yang tersisa adalah ahli neraka. Mereka dihantam oleh gelombang ke neraka. Kemudian dikatakan kepada neraka, 'Apakah kamu telah penuh?' Neraka menjawab, 'Apakah masih ada lagi?' Lalu mereka kembali dihantam gelombang hingga masuk ke neraka. Kemudian dikatakan kepada neraka, 'Apakah kamu telah penuh?'. Nereka menjawab, 'Apakah masih ada lagi?' Hingga akhirnya mereka semua dimasukkan ke dalam neraka. Ar-Rahman (Allah) lalu meletakkan kaki-Nya ke dalam neraka. Sebagian dari mereka berkumpul dengan sebagian yang lain (maksudnya pada bagian² neraka). Allah bertanya. 'Apakah sudah cukup?' Neraka menjawab, 'Cukup, cukup'. Setelah Allah memasukkan ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka, dikatakan kepada mereka, 'Wahai ahli surga!' Ahli surga lalu terlihat takut. Lalu dikatakan kepada ahli neraka, 'Wahai ahli neraka!'. Mereka terlihat gembira dan senang, karena mereka mengharapkan syafaat. Lalu dikatakan kepada ahli surga dan ahli neraka, 'Apakah kalian mengetahui apa ini?' Mereka menjawab, 'Kami telah mengetahuinya, itu adalah kematian yang ditugaskan menjemput kami'. Lalu kematian itu dibaringkan, dan setelah itu disembelih di atas pagar pembatas antara surga dan neraka. Lalu dikatakan, 'Wahai ahli surga, kalian kekal abadi dan tidak akan ada kematian! Wahai ahli neraka, kalian kekal abadi di neraka dan tidak ada kematian!'"
Shahih: Takhrij Ath-Thahawiyah (576); Muttafaq alaih, dengan hadits yang sama, namun lebih ringkas.

Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami, Ubaidullah bin Musa mengabarkan kepada kami dari Israil dari As-Suddi, ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Murrah Al Hamdani tentang firman Allah SWT,

وَإِن مِّنكُمْ إِلاَّ وَارِدُهَا كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً

'Dan tidak ada seorangpun dari pada kalian, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.' (Qs. Maryam [19]: 71)

Maka ia menceritakan kepadaku bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah bercerita kepadanya, ia berkata, 'Rasulullah SAW pernah bersabda, 'Semua manusia akan mendatangi neraka, kemudian mereka kembali dengan membawa amal-amal mereka. Yang pertama kembali dari mereka seperti kilat, kemudian seperti angin, kemudian seperti lari kuda, kemudian seperti orang yang mengendarai —melarikan— unta, kemudian seperti larinya seorang laki-laki, kemudian seperti jalannya seorang laki-laki'."
Shahih: Ash-Shahihah (311).

Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Nadhr bin Ismail Abui Mughirah menceritakan kepada kami dari Al A'masy dari Abu
Shalih dari Abu Sa'id Al Khudri RA, ia berkata, "Rasulullah SAW. pernah membaca ayat,

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلأَْمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ وَهُمْ لاَ يُؤْمِنُونَ

'Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.' (Qs. Maryam [19]: 39).

Lalu beliau bersabda, 'Kematian didatangkan. Ia seperti domba yang sangat bagus. Ia diperintahkan untuk berdiri di atas sebuah batas antara surga dan neraka. Kemudian terdengar seseorang berkata, 'Wahai penghuni surga.' Mendengar suara itu, para penghuni surga segera mendongakkan kepala mereka. Seseorang itu kembali berkata, 'Wahai penduduk neraka.' Mendengar suara itu, penduduk neraka pun mendongakkan kepala mereka. Seseorang itu berkata lagi, 'Apakah kalian mengenal siapakah ini?' Penghuni surga dan penghuni neraka menjawab, 'Tentu saja. Itu adalah kematian.' Selanjutnya, kematian itu dibaringkan dan disembelih. Seandainya Allah tidak menetapkan kehidupan juga keabadian bagi para penghuni surga di dalam surga, niscaya mereka akan mati karena bahagia —melihat kematian sudah disembelih (dimusnahkan)—, dan seandainya Allah tidak menetapkan kehidupan juga keabadian bagi para penghuni neraka di dalam neraka niscaya mereka akan mati karena penyesalan yang amat dalam. "
Shahih: Selain; "Seandainya Allah tidak menetapkan..." Lihat hadits sebelumnya (2558). -dari Shahih Sunan Tirmidzi-

Hasan bin Ali Al Hulwani menceritakan kepada kami, Abdullah bin Numair dan Waki' menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Sa'd bin Ubaidah, dari Abu Abdullah ArRahman AsSulami, dari Ali. Ia berkata, "Ketika kami sedang bersama Rasulullah, saat itu beliau sedang bersimpuh di atas tanah, lalu beliau mendongakkan kepalanya ke atas langit. Beliau bersabda, 'Tidak ada seorang pun di antara kalian melainkan telah diketahui —Waki' mengatakan, "Telah ditulis,"— tempatnya di neraka atau di surga."' Para sahabat berkata, "Bolehkah kami hanya berpangku tangan, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Jangan, tetaplah berusaha. Segala sesuatu yang telah ditetapkan akan dimudahkan (oleh Allah) ".
Shahih: Ibnu Majah (78) Muttafaq alaih.

Bab. Ahli Sholat yang Tergelincir ke dalam Neraka dapat Syafaat dari Saudara Mukminnya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya bersabda:

فَوَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ! مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْكُمْ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً للهِ فِى اسْتِضَاءَةِ الْحَقِّ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ للهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لإِخْوَانِهِمُ الَّذِيْنَ فِى النَّارِ. يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ مَعَنَا وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ. فَيُقَالُ لَهُمْ : أَخْرِجُوْا مَنْ عَرَفْتُمْ. فَتُحَـرَّمُ صُـوَرُهُمْ عَـلَى النَّارِ. فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا قَدْ أَخَذَتِ النَّاُر إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! مَا بَقِيَ فِيْهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. فَيَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ. ثُمَّ يَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِيْنَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا! لَمْ نَذَرْ فِيْهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا. ثُمَّ يَقُوْلُ : اِرْجِعُوْا! فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوْهُ! فَيُخْرِجُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا. ثُمَّ يَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا!ْ لَمْ نَذَرْ فِيْهَا خَيْرًا.
وَكَانَ أَبُوْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ يَقُوْلُ: إِنْ لَمْ تُصَدِّقُوْنِي بِهَذَا الْحَدِيْثِ فَاقْرَأُوْا إِنْ شِئْتُمْ : (إَنَّ اللهَ لاَيَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا) من سورة النساء : 40 – الحديث.- رواه البخاري ومسلم-.

“Demi Allah Yang jiwaku ada di tanganNya. Tidak ada seorangpun diantara kamu yang lebih bersemangat di dalam menyerukan permohonannya kepada Allah untuk mencari cahaya kebenaran, dibandingkan dengan kaum Mu’minin ketika memohonkan permohonannya kepada Allah pada hari Kiamat untuk (menolong) saudara-saudaranya sesama kaum Mu’minin yang berada di dalam Neraka.
Mereka berkata : “Wahai Rabb kami, mereka dahulu berpuasa, shalat dan berhaji bersama-sama kami”.
Maka dikatakan (oleh Allah) kepada mereka : “Keluarkanlah oleh kalian (dari Neraka) orang-orang yang kalian tahu!” Maka bentuk-bentuk fisik merekapun diharamkan bagi Neraka (untuk membakarnya). Kemudian orang-orang Mu’min ini mengeluarkan sejumlah banyak orang yang dibakar oleh Neraka sampai pada pertengahan betis dan lututnya.
Kemudian orang-orang Mu’min ini berkata: “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi di Neraka seorangpun yang engkau perintahkan untuk mengeluarkannya”. Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat satu dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)!” Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang dari Neraka. Kemudian mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada lagi seorangpun yang kami sisakan dari orang yang Engkau perintahkan untuk kami mengeluarkannya”. Allah berfirman : “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah (dari Neraka)”. Merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Selanjutnya mereka berkata lagi : “Wahai Rabb kami, tidak ada seorangpun yang Engkau perintahkan, kami sisakan (tertinggal di Neraka)”. Allah berfirman: “Kembalilah! Siapa saja yang kalian dapati di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji dzarrah, maka keluarkanlah (dari Neraka)”. Maka merekapun mengeluarkan sejumlah banyak orang. Kemudian mereka berkata : “Wahai Rabb kami, tidak lagi kami menyisakan di dalamnya seorangpun yang mempunyai kebaikan”.

Pada waktu itu Abu Sa’id al Khudri mengatakan: “Apabila kalian tidak mempercayai hadits ini, maka jika kalian suka, bacalah firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi seseorang meskipun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisiNya pahala yang besar”. (an Nisaa’ : 40) … al Hadits”. [HR. Bukhari dan Muslim] [Fathul Bari (XIII/421), hadits no. 7439, Kitab at Tauhid, Bab 24, dengan lafadz berbeda. Dan lihat Shahih Muslim Syarh Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha (III/32), hadits no. 453. Lafadz hadits di atas adalah lafadz Imam Muslim].


 Bab. Tiga Jenis Tauhid yang Disimpulkan dari Telaah dan Kajian Terhadap Dalil-Dalil dari Al-Qur’an, atau Dikenal dengan Istilah “Istiqra’”.

Yang paling mudah adalah ketika kita membaca surat Al-Fatihah. Dalam surat Al-Fatihah, terdapat isyarat tentang tiga jenis tauhid.

✅ Dalam firman Allah Ta’ala,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 1)

terdapat isyarat tentang tauhid rububiyyah. Karena dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala tetapkan rububiyah-Nya atas seluruh makhluk.

✅ Dalam firman Allah Ta’ala,

الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ؛ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan.”
(QS. Al-Fatihah [1]: 2-3)

terdapat isyarat tentang penetapan tauhid asma’ wa shifat. Karena dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala menetapkan untuk diri-Nya dua sifat yang mulia, yaitu sifat ar-rahmah dan al-mulk; dan juga Allah Ta’ala tetapkan untuk diri-Nya nama yang mulia, yaitu “Ar-Rahmaan”; “Ar-Rahiim”; dan “Al-Maalik”.

✅ Sedangkan dalam firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya Engkaulah yang kami sembah,
dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]: 4)

terdapat isyarat tentang tauhid ibadah. Karena ayat tersebut menunjukkan kewajiban memurnikan ibadah dan isti’anah (meminta pertolongan) hanya kepada Allah Ta’ala. Dan hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah makna dan kandungan dari tauhid ibadah.

Demikian pula dalam surat pendek yang kita hapal dan sering kita baca, yaitu surat An-Naas, juga terdapat tiga jenis tauhid.

✅ Firman Allah Ta’ala,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

“Katakanlah, “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.”
(QS. An-Naas [114]: 1)

berisi penetapan adanya tauhid rububiyyah.

✅ Firman Allah Ta’ala,

مَلِكِ النَّاسِ

“Raja manusia.” (QS. An-Naas [114]: 2)

berisi penetapan adanya tauhid asma’ wa shifat.

✅ Sedangkan dalam firman Allah Ta’ala,

إِلَهِ النَّاسِ

“Sesembahan manusia.” (QS. An-Naas [114]: 3)

berisi penetapan adanya tauhid uluhiyyah. Hal ini karena makna “ilaah” adalah “al-ma’buud”, yaitu yang disembah (sesembahan).

Demikian pula tiga macam tauhid ini kita jumpai di surat Al-Baqarah ayat 163-164.

✅ Allah Ta’ala berfirman,

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ …

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia.“ (QS. Al-Baqarah [2]: 163)

Ayat ini berbicara tentang tauhid uluhiyyah. Makna ayat tersebut adalah “sesembahan kalian yang benar hanyalah satu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Ta’ala saja.”

✅ Kemudian ayat,

… الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 163)

masuk dalam pembahasan tauhid asma’ wa shifat sebagaimana penjelasan dalam surat Al-Fatihah sebelumnya.

✅ Sedangkan firman Allah Ta’ala,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah Ta’ala turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 164)

berbicara tentang tauhid rububiyyah. Allah Ta’ala sebutkan tauhid rububiyyah dalam ayat ini sebagai dalil dan bukti untuk menetapkan tauhid uluhiyyah. Maksudnya, semua yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat tersebut adalah tanda dan bukti bahwa Allah Ta’ala saja yang berhak disembah, bukan selain-Nya, karena selain Allah Ta’ala tidaklah memiliki sifat rububiyyah.

Demikianlah kalau kita merenungkan isi dan kandungan ayat-ayat dalam Al-Qur’an, maka tidak akan lepas dari tiga jenis tauhid di atas. Sehingga sebagai kesimpulan, pembagian tauhid menjadi tiga itu berdasarkan atas istiqra’ (penelitian dan telaah) dari dalil-dalil Al-Qur’an sehingga disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tauhid, yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma’ wa shifat.

Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali Al-Jaami rahimahullahu Ta’ala berkata,

Dalil pembagian tauhid (menjadi tiga) ini disebut dengan al-istiqra’. Maksud al-istiqra’ adalah kita menelusuri dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan kita jumpai pembicaraan tentang ketuhanan itu terbagi ke dalam tiga pembahasan ini:

▪️Pertama, dalil-dalil yang menyeru hamba untuk mentauhidkan Allah Ta’ala (dalam ibadah, pent.) dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dari dalil-dalil yang mengandung makna ini, kemudian diambillah tauhid yang disebut dengan “tauhid ibadah”.

▪️Kedua, dalil-dalil yang mengabarkan bahwa Allah Ta’ala yang menciptakan segala sesuatu, Dia-lah yang mengatur semua urusan, Dia-lah yang Maha memberi dan menahan (mencegah). Dari kandungan ini disebutlah “tauhid rububiyyah”.

▪️Ketiga, dalil-dalil yang mensifati bahwa Allah Ta’ala itu Maha Mendengar dan Maha Mengetahui; atau Maha Mendengar dan Maha Melihat; atau Maha Menjaga dan Maha Bijaksana; dan penyebutan nama dan sifat Allah Ta’ala yang lainnya. Ini kemudian disebut dengan “tauhid asma’ wa shifat”.

Oleh karena itu, pembagian tauhid menjadi tiga itu tidaklah keluar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal ini membantah perkataan orang-orang yang menentang bahwa pembagian tauhid menjadi tiga adalah pembagian yang baru, dan tidak ada asal usulnya.

Dalil berdasarkan al-istiqra’ itu diterima oleh para ulama. Mayoritas yang membahasnya sebagai bagian dari cara berdalil adalah para ulama ahli ushul. Demikianlah penjelasan tentang rahasia pembagian tauhid menjadi tiga macam.


Bagaimana Strategi Iblis dan Pasukannya dalam Menyesatkan Manusia?
1. Api?
Setelah Nabi Musa as menyelesaikan perjanjian dengan mertuanya, Nabi Musa as merasa rindu dengan keluarganya dan kampung halamannya.
Kemudian beliau berangkat dengan keluarganya dengan sejumlah kambing yang diberi mertuanya, maka pada suatu malam yang gelap dan dingin, Musa as tiba di suatu tempat, di mana setiap kali Beliau menghidupkan api, ternyata api itu tidak menyala. Hal ini sangat mengherankan Musa, lalu beliau mencoba mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Tiba-tiba dia melihat di kejauhan, di lereng gunung ada api yang menyala-nyala. Jika ada api tentu ada kehidupan. Kalau pun tidak ada perkampungan di situ, paling kurang dia bisa membawa sesuluh api dari bukit itu untuk menghangatkan badan. Kemudian ia berkata kepada istrinya seperti yang disebutkan dalam ayat 29.
Tentang jalan yang harus dilalui, di mana ketika itu Beliau sedang tersesat jalan dan merasakan kedinginan.

Surat Al-Qasas Ayat 29

 فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ

Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan".

Surat Al-Qasas Ayat 30

فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَىٰ إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan rububiyyah-Nya (pengaturan-Nya terhadap alam semesta) dan uluhiyyah-Nya (keberkahan-Nya untuk disembah). Di tempat dan di saat itulah Musa as diangkat menjadi rasul.

Seiring dengan berjalannya waktu, Iblis dan setan² anak buahnya, menyelewengkannya kemudian membisiki dalam hati manusia, bahwa sebenarnya api itu adalah tuhan mereka. Dan manusia yang lemah akalnya menuruti perkataan sesat dari para syaitan² itu, kemudian para manusia itupun menyembah api. Sehingga tersesatlah mereka.

2. Towaf
Allah telah memerintahkan untuk bertowaf di Baitullah:
Surat Al-Baqarah Ayat 125

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

Kemudian ada yang menyelewengkan, mengubahnya, mirip dengan towaf di Baitullah:
Mulanya, bila mereka keluar dari Tanah Haram untuk mencari rezeki, mereka membawa batu dari Tanah Haram untuk dibawa serta. Jika mereka singgah di sebuah tempat, mereka meletakkan batu itu di sisi mereka. Kemudian mereka bertawaf (mengelilingi) batu tersebut sebagaimana tawaf di Baitullah. Bersamaan dengan itu, mereka juga berdoa kepada Allah. Apabila mereka kembali melanjutkan perjalanan, batu itu tak lupa dibawa serta. Demikian seterusnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersaksi tentang peristiwa ini,

رأيت عمرو بن لحي يجر قصبة في النار … إنه أول من غير دين إسماعيل فنصب الأوثان وبحر البحيرة وسيب السائبة ووصل الوصيلة وحمى الحامي …

“Aku melihat ‘Amr bin Luhay menarik usus di nereka –dialah yamg pertama kali mengubah agama Ismail kemudian dia memasang berhala– Dialah yang memulai membuat aturan tentang onta bahirah (1), saaibah (2), washiilah (3), dan Ham (4)”  (Hadits shahih)

Marji’: Hadza Al-Habib Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Ya Muhib, karya Syekh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Darul Hadits, Kairo.

__________________________________
Bagaimana kalau kita membuat replika Ka'bah, kemudian mengelilinginya, sebagai bagian belajar manasik haji? Membuat replika persis aslinya, hingga ukurannya pun sama? mungkin sekarang niatnya belajar manasik haji, tapi bagaimana beberapa tahun kedepan? puluhan tahun? apakah tidak diselewengkan?
__________________________________

Bagaimana dengan berhala berbentuk patung?
Sepeninggal Nabi Adam, umat manusia berketurunan dan menyebar ke berbagai tempat dengan membawa keyakinan menyembah Allah Swt. Lama-lama, umat manusia mulai meninggalkan agama. Lalu diutuslah Nabi Idris mengembalikan ketauhidan. Ada yang tetap ingkar, ada yang kembali menyembah Allah Swt. Sepeninggal Nabi Idris, umat tetap terbagi menjadi dua, antara yang ingkar dan yang taat. Diantara masyarakat yang taat, ada 5 orang yang sangat-sangat taat, sangat-sangat baik, dan sangat-sangat dicintai umat. Sampai-sampai, sepeninggalnya 5 orang tersebut, umat merasa sangat kehilangan.
Semakin lama waktu berlalu, kerinduan umat terhadap 5 orang tersebut semakin besar. 5 orang tersebut bernama Wad, Suwa’, Jaghuth, Ja’uuq, dan Nasr. Saking rindunya umat kepada mereka, muncul ide untuk membuat sesuatu yang bisa mengobati rindu tersebut. Muncullah ide untuk membuat gambar mereka, membuat patung mereka, dsb. Ide itu diterima masyarakat, dan dibuatlah patung-patung dan gambar-gambar mereka. Masyarakat pun menjadikan patung-patung itu sebagai obat rindu. Ada yang sekedar memandanginya, ada yang mendoakan untuknya, ada yang mengucapkan kata-kata harapan, dsb. Karena banyak masyarakat yang mencintai 5 orang tersebut, bentuk ekspresi kerinduan terhadap patung-patung tersebut juga bermcam-macam.
Ketika masyarakat tersebut berlanjut dengan generasi-generasi berikutnya, turun temurun, cara mengekespresikan kerinduan itu pun berkembang. Bagi generasi yang tidak hidup di masa 5 orang tersebut hidup, mendapatkan cerita yang bermacam-macam tentang 5 orang tersebut. Dan cerita yang berkembang sudah dimasuki berbagai cerita mitos-mitos, kepercayaan-kepercayaan. Dan pada puncaknya, bentuk penghormatan pada patung tersebut sudah pada tingkat menyembah patung-patung itu entah di generasi keberapa.
__________________________________
Bagaimana dengan cerita wali songo? Bukankah ceritanya juga dilebih²kan, bahkan melebihi para Nabi? Bagaimana berpuluh-puluh tahun yang akan datang? apakah tidak juga diselewengkan, karena bisikan syaitan?
__________________________________

Bagaimana di Jazirah Arab?
Penyembahan berhala berbentuk patung dan gambar dimulai oleh ‘Amr bin Luhay Al-Khuza’i, seseorang berdarah Syam yang hijrah ke negeri-negeri Hijaz.
Suatu ketika, dia bersafar dari Mekkah menuju Syam. Di Syam, dia melihat para penduduk  setempat menyembah berhala. Dia pun bertanya, “Berhala apa yang kalian sembah ini?”
Para penduduk menjawab, “Kami menyembahnya supaya dia menurunkan hujan, ternyata dia benar-benar menurunkan hujan bagi kami. Kami memohon pertolongannya, ternyata dia benar-benar menolong kami.”
Demikianlah perbuatan Iblis dan rekan²nya, mereka memiliki kemampuan yang lebih daripada manusia, dengan lamanya hidup mereka yang ribuan tahun, dan tentunya jauh lebih berpengalaman daripada manusia. Iblis tersebut mengabulkan permintaan para penyembah berhala, sehingga seolah² berhala itulah yang berbuat.
Sehingga, dipandang indah oleh ‘Amr bin Luhay, kemdian dia berkata, “Bolehkah kalian berikan berhala itu untukku supaya aku membawanya pulang ke negeri Arab dan penduduk di sana bisa menyembahnya?”
Akhirnya penduduk Syam memberi berhala yang mereka namai “Hubal” itu. Demikianlah, Hubal pun dipajang oleh penduduk Mekkah di sekitar Ka’bah. Hubal tetap ditempatkan di sana hingga tibanya hari kemenangan Islam.

---> Hati²lah wahai manusia, sesungguhnya segala yang diturunkan dari Allah itu adalah benar, namun seringkali ada diantara makhluq²Nya yang membuat kemiripan dengan perintah Allah (seperti contoh² diatas), hingga akhirnya manusia tersebut menjadi tersesat. Seperti ditunjukkan pada ayat berikut ini:

Surat Al-Baqarah Ayat 170

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar