Sabtu, 19 November 2016

Zhalim

Pengertian Zhalim
Zhalim ialah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Asal makna zhalim ialah bertindak lalim dan melampaui batas. Zhalim juga bermakna menyimpang dari tujuan.

Haramnya Berbuat Zhalim
Firman Allah Azza wa Jalla , “Dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi.”
Maksudnya, Allah Azza wa Jalla mengharamkan perbuatan zhalim atas hamba-hamba-Nya serta melarang mereka saling menzhalimi, karena kezhaliman itu sendiri adalah haram secara mutlak.


Kezhaliman terbagi ke dalam dua bagian:
>> Pertama: Kezhaliman seorang hamba terhadap dirinya sendiri, dan kezhaliman yang paling besar adalah syirik (mempersekutukan Allah Azza wa Jalla ), seperti firman-Nya,

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” ([Luqman/31:13]

Sebabnya orang musyrik telah menempatkan makhluk pada kedudukan Sang Khaliq (Pencipta), sehingga ia menyembah dan mempertuhankannya. Ini berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Sebagian besar ancaman bagi orang-orang yang zhalim dalam al-Qur'an dimaksudkan untuk orang-orang musyrik, seperti firmankan-Nya,

وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“…Orang-orang kafir itulah orang yang zhalim.” [al-Baqarah/2:254]

Ali bin Khasyram menceritakan kepada kami, Isa bin Yunus mengabarkan kepada kami dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah RA, ia berkata, "Ketika turun ayat, 'Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman.' (Qs. Al An'aam [6]: 82) kaum muslimin merasa berat karenanya. Oleh karena itu, mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, siapa yang tidak pernah menzhalimi dirinya?!" Rasulullah SAW bersabda, 'Bukan seperti yang kalian maksudkan. Akan tetapi maksud zhalim itu adalah syirik (menyekutukan Allah). Tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan oleh Luaman kepada anaknya, 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar!'." (Qs. Luqmaan [31]: 13)
Shahih: shahih sunan tirmidzi (3067) dan Muttafaq alaih

Sesungguhnya Dosa Syirik, Itu Dosa yang Tidak Akan Diampuni!

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."[Surat An-Nisa' Ayat 116]

Kemudian berikutnya diikuti dengan perbuatan maksiat dengan beragam jenisnya dari perbuatan dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil.

>> Kedua: Kezhaliman seorang hamba terhadap orang lain.
Pada haji Wada’, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam khutbahnya,

إِنَّ دِمَاءَكُمْ ، وَأَمْوَالَكُمْ ، وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِـيْ شَهْرِكُمْ هَذَا ، فِـيْ بَلَدِكُمْ هَذَا».

….Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram terhadap kalian seperti keharaman hari kalian ini di bulan kalian ini di negeri kalian ini.
[Shahîh: HR. al-Bukhari (no. 67), Muslim (no. 1679), Ibnu Hibban (no. 3837-at-Ta’lîqatul Hisan) dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

إِِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَـاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».

Sesungguhnya kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.[Shahîh: HR. al-Bukhari (no. 2447) dan Muslim (no. 2579) dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma]

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al 'Ala' telah menceritakan kepada kami Ibn Fudlail dari 'Umarah dari Abu Zur'ah ia mendengar Abu Hurairah radliyallahu'anhu berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah 'azza wajalla berfirman, 'Siapa yang lebih zhalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku, hendaklah ia cipta biji sawi, atau biji tepung, atau biji gandum!" (No. Hadist: 7004 KITAB SHAHIH BUKHARI)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

«إِنَّ اللهَ لَيُمْلِـي لِلظَّالِـمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَـمْ يُفْلِتْهُ » ، ثُمَّ قَرَأَ )وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِـمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيْمٌ شَدِيْدٌ(

Sesungguhnya Allah pasti menunda (hukuman) bagi orang zhalim. Namun jika Dia telah menyiksanya, Dia tidak meloloskannya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat, ‘Dan begitulah siksa Rabb-mu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih dan sangat berat.’ [Hud/11:102]”
[Shahîh: HR. al-Bukhari (no. 4686), Muslim (no. 2583), at-Tirmidzi (no. 3110), dan Ibnu Hibban (no. 5153 at-Ta’lîqatul Hisan) dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

«مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ ِلأَخِيْهِ ؛ فَلْيَتَحَلَّلْ مِنْهَا ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُأْخَذَ ِلأَخِيْهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ ، فَإِنْ لَـمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيْهِ ، فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ»

Barangsiapa pada dirinya terdapat mazhlamah (harta yang dirampas dengan zhalim) milik saudaranya, hendaklah ia memintanya menghalalkannya sekarang ini, karena di sana (hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham, sebelum amal shalihnya diambil darinya lalu diberikan kepada saudaranya itu. Jika ia tidak memiliki amal shalih, maka kesalahan-kesalahan saudaranya itu diambil kemudian dibebankan kepadanya.
[Shahîh: HR. al-Bukhâri (no. 2449, 6534), Ahmad (II/435, 506), Ibnu Hibbân (no. 7361) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Hadis riwayat Said bin Zaid bin Amru bin Nufail Radhiyallahu’anhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Barang siapa mengambil sejengkal tanah dengan zalim, maka Allah akan mengalungkannya di hari kiamat setebal tujuh lapis bumi.
(Shahih Muslim No.3020)

>>> Penyesalan yang Teramat Sangat karena Kezaliman Mereka
QS.78. An Naba':

إِنَّآ أَنذَرْنَـٰكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ ٱلْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَـٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰباً

40. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."

Keterangan:
Saat hari kebangkitan tiba (setelah kiamat besar), semua makhluq bernyawa dibangkitkan kembali. Baik itu dari kalangan manusia, jin ataupun hewan. Kalangan hewan diadili terlebih dahulu, sekecil apapun kezaliman itu hingga diadili dengan sangat adil. Setelah selesai, hewan-hewan itu dikembalikan lagi menjadi tanah.
Orang-orang kafir yang menyaksikannya sangat iri kepada hewan-hewan itu, sehingga mereka juga ingin dikembalikan lagi menjadi tanah. Hal ini disebabkan oleh ulah mereka yang telah banyak melakukan kezaliman, baik itu kezaliman yang sangat besar (syirik) atau kezaliman yang lainnya. Mereka sangat takut akan resiko pembalasan yang sangat adil di pengadilan Sang Pencipta. Mereka berandai-andai, sekiranya mereka juga dikembalikan lagi menjadi tanah ...
Namun itu jelas tidak mungkin terjadi, karena kalangan manusia dan jin harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya hingga di siksa di Neraka atau mendapatkan kenikmatan di Surga.
Dan Allah telah memperingatkan mereka tentang hal ini ketika masih di dunia dahulu, melalui para RasulNya, da'i, ulama atau yang lainnya.

Setiap Perbuatan Zhalim, akan Mengurangi Pahala Kebaikan Hingga Minus (bangkrut!)
Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami, dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari bapaknya, dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda. "Tahukah kalian siapakah orang yang pailit (bangkrut) itu?" Para sahabat menjawab. "Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham (harta) dan barang-barang, wahai Rasulullah". Rasulullah bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang pada hari kiamat nanti datang bersama pahala shalatnya, puasanya, zakatnya, dan ia juga datang dengan dosa perbuatannya yang pernah menghina (mengutuk) ini, menuduh zina ini, memakan harta ini (dengan cara tidak halal), membunuh ini, dan memukul ini. Orang itu lalu duduk.
Maka yang ini mengurangi dari kebaikannya dan yang ini mengurangi dari kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum kesalahannya tertebus, maka kesalahan orang-orang tersebut diambil dan dilimpahkan kepadanya. Kemudian, dia dilemparkan ke dalam api neraka ".
Shahih: Ash-Shahihah (845), Ahkam Al Janaizi (4), Shahih Sunan Tirmidzi (2418) dan Shahih Muslim.

Bab: Termasuk Zhalim Menjadikan Iblis sebagai Pemimpin
QS.18. Al Kahfi"

وَإِذَا قُلْنَا لِلْمَلَـٰئِكَةِ ٱسْجُدُواْ لأَدَمَ فَسَجَدُوۤاْ إِلاَّ إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِى وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّـٰلِمِينَ بَدَلاً

50. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. 

Larangan Mengikuti Pemimpin yang Membawa Kepada Kesesatan
QS.7. Al A'raaf:

ٱتَّبِعُواْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ

3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). 

Larangan Memilih Pemimpin yang Tidak Ada Seberat Biji Gandum pun Iman Di dalam Hati, Meskipun ia Dianggap Cerdas, Bijak dan Pemberani. 
QS.5. Al Maa'idah:

يَـٰۤأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَـٰرَىٰ أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ ٱللَّهَ لاَ يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ

51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. 

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir Telah mengabarkan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Zaid bin Wahb telah menceritakan kepada kami Khudzaifah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dua Hadits, satunya sudah saya lihat sendiri dan satunya aku sedang menunggu-nunggu, beliau menceritakan kepada kami: "bahwa Amanat mula-mula turun pada relung hati orang-orang, lantas mereka paham terhadap alquran dan paham terhadap sunnah." Khudzaifah menceritakan kepada kami kemarfu'annya, Nabi bersabda; "seseorang tertidur nyenyak kemudian amanat dicerabut dari hatinya, dan masih ada bekasnya seperti bekas yang kecil, kemudian dia tidur lagi dan amanat dicerabut darinya sehingga bekasnya seperti kutu di tangan, seperti bara yang kau gelindingkan di kakimu sehingga ia memar (beram-beram), maka engkau melihatnya beram-beram (memar) padahal sebenarnya tidak terjadi apa-apa, dan manusia secara beruntun melakukan baiat dan nyaris tak seorang pun menunaikan amanat dengan baik, dan ada berita bahwa di bani fulan ada seseorang yang dapat di percaya, kemudian dikatakan kepada tersebut; 'alangkah cerdasnya dia, alangkah bijaknya dia, alangkah pemberaninya dia, ' padahal tidak ada seberat biji gandum pun iman di dalam hatinya, ..." (No. Hadist: 6016 dari KITAB SHAHIH BUKHARI)


Perintah Menjadikan Pemimpin Mukmin yang Memberi Petunjuk
QS.32. As Sajdah:

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُواْ وَكَانُواْ بِـَايَـٰتِنَا يُوقِنُونَ

24. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[sabar dalam menegakkan kebenaran]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. 

QS.21. Al Anbiyaa':

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَآ إِلَيْهِمْ فِعْلَ ٱلْخَيْرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلوٰة وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَـوٰةِ وَكَانُواْ لَنَا عَـٰبِدِينَ

73. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah, 

---> Seorang Muslim wajib menjauhi perbuatan zhalim, karena kezhaliman mengakibatkan:
a. Datangnya kemurkaan dan hukuman Allah Azza wa Jalla
b. Tersebarnya permusuhan dan kebencian di antara manusia
c. Kebangkrutan diakhirat kelak


Bab: Perintah untuk Mencegah Kezaliman dengan Kekuatan
Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Ismail bin Abu Khalid mengabarkan kepada kami, dari Qais bin Abu Hazim, dari Abu Bakar AshShiddiq, ia berkata, "Wahai sekalian manusia, hendaknya kalian membaca firman Allah, 'Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.' (Qs. Al Maidah [5]: 105). Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, 'Jika manusia melihat orang yang zhalim, namun mereka tidak berbuat apapun (untuk mencegahnya) dengan kekuatannya, maka dikhawatirkan Allah akan menurunkan hukuman kepada mereka semuanya karena perbuatannya'"
Shahih: shahih sunan tirmidzi(2168) dan Ibnu Majah (4005).

Menolong saudara Muslim yang Zalim dan yang diZalimi 
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Dua orang pemuda, yang satu dari golongan Muhajirin dan yang lain dari kaum Ansar, saling berbaku-hantam. Seorang dari kaum Muhajirin berteriak: Wahai kaum Muhajirin! Dan seorang dari Ansar juga berteriak: Wahai orang-orang Ansar! Kemudian keluarlah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan berkata: Ada apa ini? Kenapa harus berteriak dengan seruan jahiliah? Mereka menjawab: Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah! Kecuali ada dua pemuda yang berkelahi sehingga seorang dari keduanya memukul tengkuk yang lain. Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Kalau demikian, tidak apa-apa! Tapi hendaklah seseorang itu menolong saudaranya yang lain baik yang zalim maupun yang dizalimi. Kalau ia berbuat kezaliman hendaklah dicegah karena begitulah cara memberikan pertolongan kepadanya dan apabila dizalimi maka hendaklah ia membelanya. (Shahih Muslim No.4681)

Bab: Seluruh manusia membutuhkan Allah Azza wa Jalla yang Maha kaya
Firman Allah Azza wa Jalla , “ Wahai hamba-Ku! Setiap dari kalian adalah lapar kecuali orang yang Aku beri makan. Maka, mintalah makanan kepada-Ku niscaya Aku memberi makan kepada kalian. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian adalah telanjang kecuai orang yang Aku beri pakaian. Maka, mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan pakaian kepada kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di waktu malam dan siang hari sedang Aku mengampuni seluruh dosa. Maka, mohon ampunlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian.

Ini menunjukkan bahwa seluruh makhluk sangat butuh kepada Allah Azza wa Jalla untuk mendapatkan kemaslahatan dan menolak mudharat (bahaya) dalam agama dan dunia mereka. Ini juga menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki apa pun bagi diri mereka. Sehingga, barangsiapa tidak diberi rezeki dan petunjuk maka ia tidak akan memiliki keduanya di dunia. Barangsiapa tidak diberi pengampunan atas dosa-dosanya oleh Allah Azza wa Jalla , maka kesalahan-kesalahannya membinasakannya di akhirat.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا

"Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” [al-Kahfi/18:17]

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya, maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dia-lah Yang Maha perkasa, Maha bijaksana". [Fathir/35:2]

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya…” [Hud/11:6]

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Adam dan Hawa yang berkata,

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Wahai Rabb kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi." [al-A’raf/7:23]

Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Nabi Nuh Alaihissallam yang berkata,

وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi". [Hûd/11:47]

Nabi Ibrahim Alaihissallam berhujjah bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Azza wa Jalla dan bahwa apa saja yang disekutukan dengan-Nya adalah bathil. Nabi Ibrâhim Alaihissallam berkata kepada kaumnya,

قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِين ِوَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya rabb seluruh alam, (yaitu) yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan yang memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat.” [asy-Syu’ara'/26:75-82]

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla yang Maha Esa yang menciptakan hamba-Nya, memberi hidayah, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikannya, dan mengampuni dosa-dosa di akhirat itu, maka wajib bagi hamba untuk mengesakan Allah Azza wa Jalla dalam beribadah kepada-Nya, meminta, merendahkan diri, dan tunduk kepada-Nya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

"Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha suci Dia dan Maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” [ar-Rûm/30:40]

Bab: Setiap manusia diciptakan di atas fitrah menerima Islam
Firman Allah Azza wa Jalla , “Wahai hamba-Ku! Setiap dari kalian adalah sesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk.

Ada yang menduga bahwa firman Allah Azza wa Jalla di atas bertentangan dengan hadits ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءَ (وَفِيْ رِوَايَةٍ : مُسْلِمِيْنَ) فَاجْتَالَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ

“Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan lurus (dalam riwayat lain: dalam keadaan Muslim) kemudian mereka dipalingkan oleh setan.’”

Padahal firman Allah Azza wa Jalla tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan hadits tersebut, karena Allah Azza wa Jalla menciptakan anak keturunan Adam, membentuk mereka untuk menerima Islam, cenderung kepadanya dan bukan cenderung kepada yang lain, siap kepadanya, dan mempersiapkan diri dengan kuat untuknya. Namun, manusia harus dididik tentang Islam dengan amal nyata, karena sebelumnya mereka bodoh tidak mengetahui apa-apa, seperti firman-Nya

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun…” [an-Nahl/16:78].

Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ

"Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk.” [adh-Dhuha/93:7]

Maksudnya, Allah Azza wa Jalla mendapatimu tidak mengetahui kitab dan hikmah yang telah diajarkan kepadamu, sebagaimana firman-Nya,

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا

"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidak mengetahui apakah Kitab (al Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan al Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami…” [asy-Syura/42:52]

Jadi, manusia dilahirkan dalam keadaan siap untuk menerima kebenaran. Jika Allah Azza wa Jalla memberinya petunjuk. Maka, ia diberi sarana dalam bentuk orang yang mengajarkan petunjuk kepadanya. Sehingga akhirnya, ia betul-betul menjadi orang yang mendapatkan petunjuk dan perbuatan setelah sebelumnya ia mendapatkan petunjuk dengan kekuatan. Jika Allah membiarkannya, Dia membiarkannya dikuasai orang yang mengajarkannya sesuatu yang bertentangan dengan fitrahnya, seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَامِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُـهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّـسَانِهِ

Tidaklah seorang bayi dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
[HR. al-Bukhâri (no. 1358) dan Muslim (no. 2658), dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Bab: Memohon petunjuk kepada Allah Azza wa Jalla
Seorang Muslim wajib berdoa memohon petunjuk dan harus bersungguh-sungguh untuk mencari dan melaksanakan sebab-sebab yang menyampaikan kepada petunjuk tersebut.

Adapun permintaan petunjuk oleh orang Mukmin kepada Allah Azza wa Jalla ada dua:
Pertama : Petunjuk global, yaitu petunjuk kepada Islam dan iman.

Kedua : Petunjuk yang rinci, yaitu petunjuk Allah untuk mengetahui rincian bagian-bagian iman dan Islam serta bantuan-Nya untuk mengerjakannya. Petunjuk seperti ini sangat diperlukan seorang Mukmin di setiap malam dan siang. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk membaca firman-Nya berikut ini di setiap raka’at shalat-shalat mereka,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

"Tunjukilah kami jalan yang lurus". [al-Fatihah/1:6]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata dalam doa beliau di malam hari,

…اِهْدِنِـيْ لِـمَـا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْـحَقِّ بِإِذْنِكَ ، إِنَّكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَـى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ.

"Tunjukilah aku kepada kebenaran yang diperselisihkan di dalamnya dengan izin-Mu, karena sesungguhnya Engkau menunjuki hamba-Mu ke jalan yang lurus".[Shahîh: HR. Muslim (no. 770), Ahmad (VI/156), Abu Dâwud (no. 767), at-Tirmidzi (no. 3420), an-Nasâ-i (III/212-213), Ibnu Mâjah (no. 1357), dan Ibnu Hibbân (no. 2591 at-Ta’lîqâtul Hisân)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh ‘Ali Radhiyallahu anhu untuk meminta ketetapan dan petunjuk, dengan do’a berikut:

اَللَّـهُمَّ إِنِّـيْ أَسْأَلُكَ الْـهُدَى وَالسَّدَادَ

Ya Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk dan ketetapan.
[Shahîh: HR. Muslim (no. 2725) dan Ahmad (I/88)]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajari al-Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu untuk mengucapkan dalam qunut di shalat witir,

اَللَّـهُمَّ اهْدِنِـيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ…

Ya Allah Azza wa Jalla , berilah aku petunjuk ke dalam orang yang telah Engkau beri petunjuk…

Bab: Memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla
Adapun istighfar dari dosa-dosa merupakan permintaan ampunan dan seorang hamba sangat membutuhkannya karena ia berbuat salah di malam dan siang hari. Al`Qur'an sering kali menyebutkan taubat dan istighfar memerintahkan kaum Mukminin kepada keduanya, dan menganjurkan kepada keduanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ بَنِـيْ آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Seluruh anak keturunan Adam adalah orang-orang yang berbuat salah dan sebaik-baik orang-orang yang berbuat salah ialah orang-orang yang bertaubat.[Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 2499), Ibnu Mâjah (no. 4251), Ahmad (III/198), al-Hâkim (IV/244) dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

وَاللهِ إِنِّـيْ َلأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِـي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً

Demi Allah Azza wa Jalla, aku beristighfar kepada Allah Azza wa Jalla dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.
[Shahîh: HR. al-Bukhâri (no. 6307), an-Nasâ-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 434, 437), Ibnu Mâjah (no. 3815), Ahmad (II/282), dan Ibnu Hibbân (no. 925)]

Bab: Allah Maha kaya terhadap hamba-hamba-Nya dan tidak butuh kepada mereka
Firman Allah Azza wa Jalla : “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian tidak akan dapat menimpakan bahaya kepada-Ku sehingga kalian dapat membahayakan-Ku dan kalian tidak akan dapat memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian dapat memberi manfaat kepada-Ku.”

Maksudnya, seluruh hamba Allah Azza wa Jalla tidak dapat memberikan manfaat atau mudharat kepada Allah Azza wa Jalla, karena Allah Azza wa Jalla sendiri adalah Maha kaya dan Maha terpuji yang tidak butuh kepada ketaatan para hamba. Manfaat-manfaat ketaatan mereka tidak kembali kepada-Nya; namun mereka sendiri yang mengambil manfaat-manfaatnya. Dan (Allah Azza wa Jalla) tidak merugi dengan kemaksiatan-kemaksiatan mereka namun justru mereka sendiri yang merugi karenanya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ ۚ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا

"Dan janganlah engkau (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali menjadi kafir, sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah…" [Ali ‘Imrân/3:176]

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا

Tetapi jika kamu ingkar maka (ketahuilah), milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” [an-Nisâ’/4:131]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar